Rabu, 24/04/2024 19:51 WIB

Bacara, Aplikasi Bahasa Isyarat Karya Mahasiswa untuk Teman Tuli

Pada 2019, jumlah penyandang disabilitas tuli di seluruh dunia mencapai 6,07 persen dari total 7 miliar populasi. Sementara di Indonesia, terdapat lebih dari 2 juta penyandang tuli, dan 5 ribu bayi terlahir tuli setiap tahunnya.

Aplikasi Bacara untuk teman tuli dan teman bisu (Foto: Bacara.id)

Jakarta, Jurnas.com - Pada 2019, jumlah penyandang disabilitas tuli di seluruh dunia mencapai 6,07 persen dari total 7 miliar populasi. Sementara di Indonesia, terdapat lebih dari 2 juta penyandang tuli, dan 5 ribu bayi terlahir tuli setiap tahunnya.

Inilah yang menjadi motivasi Institut Teknologi Harapan Bangsa menciptakan Bacara, aplikasi yang bertujuan membantu masyarakat umum berkomunikasi dengan teman tuli melalui bahasa isyarat.

"Ini berupa aplilkasi untuk menerjemahkan bahasa isyarat Indonesia menjadi tulisan dan suara secara langsung. Jadi seperti pengganti juru bicara," kata Direktur Pengembangan Bisnis Institut Teknologi Harapan Bangsa, Maclaurin Hutagalung pada Minggu (17/10).

Dengan Bacara, pengguna dapat mengarahkan kamera ke teman tuli atau teman bisu yang menggunakan bahasa isyarat, untuk menghasilkan terjemahan berupa teks dan suara.

"Aplikasi ini dapat dinikmati secara gratis dengan batasan fitur dan tambahan iklan. Juga ada layanan berbayar dengan biaya subskripsi, entah bulanan atau setahun," sambung Maclaurin.

Bacara merupakan satu dari 15 ide terbaik yang terpilih dalam Program Bangkit 2021. Platform ini juga mendapatkan pendanaan melalui skema matching fund, yakni kolaborasi dengan dunia usaha dan dunia industri (Dudi) sebesar Rp70 juta, dan program Kedaireka sebesar Rp46 juta.

Maclaurin menargetkan pada akhir tahun ini aplikasi Bacara memiliki 20 pengguna aktif dari kalangan teman tuli dan teman bisu, 10 pengguna dari SLB, 10 pengguna dari komunitas, dan 60 pengguna dari kalangan masyarakat umum.

"Pengembangan aplikasi ini baru tahun pertama. Kami dalam tahap receive funding. Dalam tahun pertama ini, akhir tahun ini, kami menargetkan aplikasi kami sudah siap di market tapi belum diluncurkan langsung," ujar dia.

Sementara itu, Sekretaris Ditjen Diktiristek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Paristiyanti Nurwardani menyebut memastikan pendanaan melalui skema Matching Fund akan ditambah tahun depan.

Dari anggaran Rp250 miliar tahun ini, Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim akan menaikkan anggaran Program Komptisi Kampus Merdeka (PKKM) itu menjadi Rp1,5 triliun pada 2022 mendatang.

"Matching fund yang disiapkan pada 2021 sebanyak Rp250 miliar, yang sekarang diminati oleh lebih dari 1.200 industri. Dan industri sudah siap sharing sebesar Rp1,4 triliun," kata Paris kepada awak media dalam kegiatan `Sosialisasi Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) dan Kedaireka` pada Kamis (14/10) lalu.

"Karena ini dilakukan dengan sangat baik oleh dunia usaha dan dunia industri untuk bekerja terus dengan Ditjen Diktiristek, maka baru dua hari lalu Mas Menteri menyetujui untuk kegiatan matching fund 2022 kita akan danai Rp1,5 triliun," sambung Paris.

Program Matching Fund merupakan kesempatan bagi perguruan tinggi untuk mendapatkan pendanaan, jika berhasil melakukan kolaborasi dan kemitraan dengan industri, dan membangun inovasi yang berdampak bagi masyarakat luas.

Kenaikan anggaran itu, lanjut Paris, merupakan hasil komunikasi intensif Mendikbudristek dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang didukung oleh Presiden RI Joko Widodo.

"Kami mohon kepada insan dikti yang dapat program Matching Fund, buktikan bahwa bapak/ibu melakukan pengembangan ekosistem kerja sama yang baru dan profitable," jelas Paris.

KEYWORD :

Bacara Aplikasi Teman Tuli Matching Fund Kemdikbudristek




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :