Kanada Sumbang 17,7 Juta Vaksin AstraZeneca Untuk Negara-negara Miskin di Dunia

Selasa, 13/07/2021 10:40 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah Kanada melaporkan bahwa negara tersebut akan menyumbangkan 17,7 juta dosis vaksin AstraZeneca untuk membantu menyuntik orang di negara-negara miskin di dunia.

Pengumuman tersebut juga mencakup komitmen CAN$10 juta (US$8 juta) yang akan menyamai sumbangan dolar demi dolar ke Dana Anak-anak PBB (UNICEF) oleh individu Kanada.

Vaksin akan dikelola oleh COVAX, program berbagi vaksin bersama yang dijalankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI) dan Gavi, Aliansi Vaksin.

"Donasi ini adalah hasil dari pendekatan proaktif kami untuk mengamankan ratusan juta vaksin COVID-19 dalam kontrak awal kami. Dengan hampir 55 juta vaksin di Kanada, dan dengan permintaan provinsi dan wilayah untuk vaksin ini terpenuhi, kami sekarang dalam posisi untuk menyumbangkan kelebihan dosis ini," kata Menteri Pengadaan Kanada Anita Anand.

Selain itu, sumbangan untuk UNICEF oleh Kanada akan dicocokkan oleh pemerintah federal hingga CAN$10 juta. Jika sumbangan dan pemerintah federal mencapai tujuan $20 juta, itu akan menyediakan dana untuk memvaksinasi empat juta orang, kata Anand.

17,7 juta dosis dan program donor yang sesuai dengan CAN$10 juta berada di atas kontribusi Kanada sebesar CAN$440 juta untuk COVAX.

Dosis datang pada saat yang penting ketika kasus global virus corona meningkat dan pejabat WHO memperingatkan bahwa negara-negara kaya harus berbuat lebih banyak untuk membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang berjuang dengan kasus-kasus yang meroket.

Universitas Johns Hopkins yang berbasis di AS, yang terus menghitung statistik virus global, melaporkan pada Senin lebih dari 187 juta kasus virus di seluruh dunia dan lebih dari empat juta kematian.

“Sementara Kanada terus memimpin dunia dalam administrasi vaksin, kami tahu gambarannya sangat berbeda di banyak bagian dunia,” kata Anand.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan varian Delta dari virus itu "mengoyak di seluruh dunia dengan kecepatan yang sangat tinggi."

"Kami membutuhkan lebih banyak [vaksin] dan kami membutuhkannya sekarang." (AA)

TERKINI
Geledah Kantor Setjen DPR, KPK Amankan Bukti Transaksi Keuangan Anggota DPR: Pencabutan Status Bandara Internasional Perlu Dikaji Ulang KPU Tak Hadir Sidang Sengketa Pileg, Hakim MK Ngamuk Halal Bihalal Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng, Bamsoet Dorong Masjid Sebagai Pemberdaya Umat