Kampus Sambut Positif Merdeka Belajar Episode Keenam

Minggu, 08/11/2020 13:14 WIB

Jakarta, Jurnas.com - Sejumlah perguruan tinggi menyambut positif kebijakan terbaru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam Merdeka Belajar Episode Keenam, bertajuk Transformasi Dana Pemerintah untuk Pendidikan Tinggi.

Hal ini disampaikan Rektor Universitas Airlangga (Unair) Mohammad Nasih dan Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Jamal Wiwoho pada Bincang Pendidikan bersama Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nizam secara virtual beberapa waktu lalu.

Rektor UNS, Jamal Wiwoho mengatakan, transformasi dana pemerintah untuk universitas ini bentuk kepedulian pemerintah untuk perguruan tinggi yang mampu bersaing dan berkolaborasi dengan industri.

"Di negara-negara maju, perusahaan-perusahaan yang bagus diserahkan kepada perguruan tinggi. Kita di sini malah masih percaya R&D (Research and Development) dari luar," ujar Jamal.

Jamal berharap, dunia industri di Indonesia memercayakan R&D produk-produknya ke kampus dalam negeri, karena Jamal yakin, Kampus Merdeka ini setidaknya akan mendekatkan dunia industri dengan kampus, yang selama ini masih berjarak.

"Delapan indikator kinerja umum (IKU) yang digagas Kemdikbud ini dibagi menjadi tiga yaitu kualitas lulusan, kualitas kurikulum, serta kualitas dosen dan pengajar. Ini mudah untuk dibentangkan," terang dia.

"Artinya, Kampus Merdeka memberi kesempatan kampus mempersiapkan diri dan berkolaborasi dengan dunia usaha-dunia industri. Kampus bukan lagi episentrum menara gading, dan enak-enakan di kampus, padahal produk kampus (mahasiswanya) tidak bisa menjawab tantangan zaman," imbuh Jamal.

Dengan transformasi tersebut, kata Jamal, kerja sama di antara dosen bisa lebih terinstitusionalisasi. "Kedaireka.id ini jadi bursa di mana kita bisa melihat antara ‘penjual’ dan ‘pembeli’ berikut tantangan dan solusinya. Kemdikbud juga jadi punya informasi, siapa saja dosen-dosen yang berkiprah. Ini jadi bisa terlembagakan dan terorganisasi dengan sebaik-baiknya," tambah Jamal.

Sementara itu Nasih menyampaikan bahwa kebijakan Merdeka Belajar Episode Keenam disambutan baik oleh pengusaha. "Kami di kampus juga bergerilya untuk mendapatkan pendanaan yang baik, ketika itu masih segar. Namun, ketika sudah mau eksekusi, ada wabah. Cashflow perusahaan terganggu. Tetapi tanggapan kawan-kawan pengusaha luar biasa," ujarnya.

Semua rektor di manapun, kata Nasih sepakat menggunakan IKU Kemdikbud. Bagaimana caranya menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif dan tidak memalukan almamater.

"Selama ini, kendala kita soal finansial. Nah, sekarang sudah ada transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi. Sebagai pihak perguruan tinggi, kami merasa kebijakan ini sangat menguntungkan. Namun, menjawab kebijakan ini, kami mengubah sisi kultural dengan budaya Merdeka Belajar, dan secara struktural juga kami berbenah. Sudah ada Direktorat Pengembangan dan Inovasi Pendidikan yang akan berfokus kepada kurikulum dan learning innovation yang lebih fleksibel dan relevan," terangnya.

Adapun Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan bahwa transformasi dari Merdeka Belajar Episode Keenam membantu menyiapkan mahasiswa agar mengenal dunia kerja meski masih berkuliah.

Menurut Nizam, dunia kerja bukan hanya industri, tapi juga usaha. Di mana karya dosen bukan hanya sekadar menyusun makalah, namun lebih kepada bagaimana hasil penelitian itu bermanfaat bagi masyarakat.

"Kita ingin mahasiswa bukan hanya asyik di dalam kelas, tapi juga bisa melakukan problem based learning. Jadi, ada sumbangsih nyata ilmu dari kampus kepada masyarakat," terang Nizam.

"Sebelumnya, Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) yang berbasis kinerja telah diselenggarakan rutin oleh Kemendikbud. Namun, baru untuk pertama kalinya pendanaan diberikan berdasarkan insentif dan ketercapaian delapan IKU yang menjadi fondasi transformasi dikti," lanjut Nizam.

Ditambahkan Nizam, di dunia industri juga sudah diberikan macam-macam insentif seperti tax deduction, pada matching fund. Ia pun menyebut minat industri untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi sangat positif.

"Kami sudah ketemu Kadin, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), sektor energi, otomotif, kebun, tambang, dan lain-lain. Semuanya menanggapi positif dan siap kolaborasi. Karena itu, kami juga telah siapkan kedaireka.id, tempat bertemunya perguruan tinggi dengan dunia usaha dan industri untuk berbagi tantangan dan solusi atas tantangan itu," jelas Nizam.

Adapun Delapan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah diluncurkan Kemendikbud sebagai landasan transformasi pendidikan tinggi, adalah 1) lulusan mendapat pekerjaan yang layak dengan upah diatas upah minimum regional, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi; 2) mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus melalui magang, proyek desa, mengajar, riset, berwirausaha, serta pertukaran pelajar; 3) dosen berkegiatan di luar kampus dengan mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain; dan 4) praktisi mengajar di dalam kampus atau merekrut dosen yang berpengalaman di industri.

Selanjutnya, 5) hasil kerja dosen (hasil riset dan pengabdian masyarakat) dapat digunakan masyarakat dan mendapatkan rekognisi internasional; 6). program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia baik itu dalam kurikulum, magang, maupun penyerapan lulusan; 7) kelas yang kolaboratif dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau metode studi kasus; dan 8) program studi berstandar internasional dengan akreditasi atau sertifikasi tingkat internasional.

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih