Ayatollah Khamenei: Pemerintah Prancis Bela Kebebasan tapi Lindungi Teroris

Rabu, 04/11/2020 07:16 WIB

Teheran, Jurnas.com - Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei mengecam pemerintah Prancis karena mendukung penerbitan kartun Nabi Muhammad dengan kedok kebebasan berbicara, sementara pada saat yang sama menyediakan tempat yang aman bagi teroris anti-Iran.

Ayatollah Khamenei membuat pernyataan itu dalam pidato yang disiarkan televisi pada Selasa (3/11), menandai ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad (SAW), yang bertepatan dengan perayaan Pekan Persatuan Islam.

Ia menggambarkan kejadian baru-baru ini di Prancis sebagai manifestasi terbaru dari konfrontasi permusuhan antara arogansi global dan Zionisme terhadap Islam, bukan sekadar kesalahan yang dilakukan oleh seniman yang menyimpang.

"Bukan hanya hasil dari kesalahan tunggal yang dilakukan seorang seniman yang melakukan penyimpangan dan merusak, itu menunjukkan bahwa ada pihak di balik kejadian ini. Karena seorang presiden tetiba berdiri di belakang sebuah karya seni biasa dan pemerintah tertentu lainnya memberinya dukungan," katanya, menambahkan bahwa kebijakan tersebut menandakan niat yang terorganisir.

Ayatollah Khamenei menunjukkan luapan kemarahan dan protes di komunitas Muslim di seluruh dunia, menambahkan reaksi tersebut adalah tanda bahwa dunia Muslim hidup.

Pemimpin tertinggi Iran yang berusia 81 tahun itu mengecam pemerintah Prancis karena membela kebiadaban budaya dan tindakan kriminal seorang kartunis dengan dalih membela kebebasan berekspresi.

"Ada pelajaran dalam hal ini. Di sini, pemerintah Prancis mengaitkan cerita dengan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Padahal telah melindungi teroris paling kejam di dunia. Mereka yang menjadi martir presiden Iran, kepala kehakiman, perdana menteri dan beberapa pejabat, serta 17.000 orang biasa dekade lalu," katanyam

Ayatollah Khamenei juga mengingat bagaimana Prancis telah memberikan bantuan substansial kepada mantan diktator Irak, Saddam Hussein ketika dia melancarkan perang delapan tahun melawan Iran selama tahun 1980-an.

"Pemerintah Prancis adalah salah satu pendukung terbesar rezim Saddam yang haus darah selama perang yang dipaksakan," katanya.

Tentang pentingnya persatuan Muslim

Ayatollah Khamenei memuji perayaan Pekan Persatuan Islam oleh mendiang Pendiri Republik Islam Imam Khomeini, mencatat perkembangan terakhir dan perpecahan di antara negara-negara Muslim menggarisbawahi pentingnya tetap bersatu lebih dari sebelumnya.

Ia juga menyinggung pada pengkhianatan yang dilakukan negara-negara tertentu dalam menormalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel, dan menginjak-injak hak-hak rakyat Palestina.

"Tentu saja, masalah Palestina belum selesai. Palestina akan menjadi milik Palestina dan rezim Zionis palsu akan dihancurkan," tegaskanya

Ayatollah Khamenei juga merujuk pada pengambilalihan bekas kedutaan AS di Teheran oleh mahasiswa Iran pada tanggal 4 November 1979, memuji itu sebagai langkah yang sangat rasional.

"Hari ke-13 (bulan kalender Iran) Aban adalah manifestasi dari perjuangan bangsa Iran melawan arogansi… Rezim AS adalah rezim yang arogan, dan komposisi dari banyak kejahatan dan kenakalan. Keduanya mencampuri (dalam urusan) dan mencari monopoli. Oleh karena itu, melawan fenomena ini sama saja dengan rasionalitas," katanya.

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih