Jum'at, 09/10/2020 02:30 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Henri Subiakto mengatakan terdapat dua langkah dalam mengantisipasi termakan informasi hoaks soal vaksin Covid-19.
Pertama adalah menanamkan sikap skeptis terhadap segala jenis informasi, baik yang datang dari keluarga maupun teman dekat.
"Kita harus skeptis terhadap keyakinan kita sendiri, jangan menganggap kita sendiri paling benar. Kalau Anda orang yang percaya hoaks, maka Anda akan didekatkan dengan orang-orang yang percaya hoaks," ujar Henri dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertajuk `Vaksin: Menjawab Mitos dan Menolak Hoax` di Media Center KPCPEN Kominfo, pada Kamis (9/10).
Langkah kedua ialah selalu bertanya kepada ahlinya. Dalam kaitannya dengan Covid-19, lanjut Henri, maka pihak yang paling berwenang menjelaskan ialah dokter.
Masuknya Starlink Bakal Dorong Operator Lokal Tingkatkan Layanan
Berdampak Negatif, Kemenkominfo Pertimbangkan Blokir Free Fire
Agar Selalu Positif, Siswa Harus Pahami Hak dan Tanggung Jawab Saat Berekspresi di Kelas Online
Sebaliknya, bagi pihak-pihak yang tidak memiliki kapasitas untuk menjelaskan Covid-19, dia sarankan untuk menahan diri.
"Jangan sampai percaya ahli ekonomi yang bilang soal kesehatan. Contohnya beberapa waktu lalu ada yang bilang kalau thermo gun itu berbahaya bagi otak," kata Henri.
Sementara itu Juru Bicara Satgas Covid-19, dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan untuk menanamkan pemahaman yang utuh mengenai vaksin Covid-19 di masyarakat memang membutuhkan upaya edukasi khusus.
Namun dia menggarisbawahi bahwa vaksin Covid-19, bila nantinya sudah diproduksi, dapat digunakan oleh segala kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
"Nantinya diharapkan vaksin covid ini bisa untuk usia produktif," terang dr. Reisa.
"Produsen sudah menyiapkan untuk usia 18-59 tahun. Ada juga yang menyediakan sampai di atas 65 tahun," imbuh dia.