China Tuding India Salahgunakan Konsep Keamanan Nasional

Jum'at, 04/09/2020 07:01 WIB

New Delhi, Jurnas.com -  China menuduh India menyalahgunakan konsep keamanan nasional dengan merugikan hak-hak investor China dan kepentingan konsumen India setelah New Delhi melarang lebih dari seratus lebih aplikasi seluler China.

Kedua negara adidaya tersebut berada dalam kebuntuan militer sejak Mei atas sengketa perbatasan pegunungan di wilayah Himalaya di Ladakh.

"India telah menyalahgunakan konsep keamanan nasional dan mengadopsi tindakan pembatasan diskriminatif terhadap perusahaan China," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng, di Beijing, Kamis (3/9).

Ia menambahkan, tindakan India tidak hanya merugikan hak dan kepentingan yang sah dari investor dan penyedia layanan China, tetapi juga kepentingan konsumen India. Tak sampai di situ, tindakan tersebut juga merusak iklim investasi India sebagai ekonomi terbuka.

Setelah melarang 59 aplikasi dari China, termasuk TikTok, pada Rabu (2/9), Perdana Menteri India Narendra Modi kembali memblokir 118 aplikasi telepon pintar dari China, di antaranyanya PUBG dengan alasan masalah privasi data dan ancaman terhadap keamanan nasional. 

"Pemerintah memblokir 118 aplikasi seluler, yang merugikan kedaulatan dan integritas India, pertahanan India, keamanan negara dan ketertiban umum," kata Kementerian Elektronika dan Teknologi Informasi dalam sebuah pernyataan.

Menurut para ahli, pelarangan produk China melanggar hukum internasional dan perdagangan merugikan India. "Itu melanggar semua hukum. Kami adalah penandatangan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)," ujar analis politik, Prem Shankar Jha kepada Arab News.

"Jumlah total ekspor China ke India hanya 2%, tetapi bagi kami itu adalah 14% dari impor kami, jadi kami memotong hidung kami sendiri," sambungnya.

"Satu-satunya minat Modi adalah menyimpan citranya sendiri. Setelah kegagalan COVID dan kehancuran ekonomi, dia berpikir bahwa dengan mengambil posisi garis keras dia dapat membangun citra seorang nasionalis Hindu yang hebat. India sedang dalam jalur bunuh diri," tegasnya.

Menurut analis politik dari Universitas Jawahar Lal (JNU), Srikanth Kondapalli larangan aplikasi China bukanlah serangan terhadap ekonomi China, melainkan sebuah pesan bahwa India tidak ingin melakukan bisnis seperti biasa setelah pembunuhan 20 tentara India.

"Itu berarti kami tidak akan terlibat satu sama lain dalam pembicaraan atau kegiatan bisnis apa pun," jelasnya. "Jika Tionghoa tidak menarik diri dari posisi yang telah mereka duduki di Galwan maka India tidak akan mundur dari daerah tempat ia pindah pada akhir pekan.

Pada Kamis (3/9), Kementerian Luar Negeri India mengatakan sehubungan dengan ketegangan di wilayah Himalya yang disengketakan, New Delhi berkomitmen kua menyelesaikan semua masalah yang luar biasa melalui dialog damai.

Namun, Jha mengatakan bahwa bahasa seputar perselisihan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik dapat menjadi lebih buruk. "Saat ini media berbicara dalam bahasa yang sama seperti yang digunakan sebelum perang pertama dengan China pada tahun 1962," katanya.

"Ada pembenaran diri yang sama, kesalahan utama yang sama di sisi lain, ketidaktepatan yang diperhitungkan yang sama tentang apa sebenarnya penerapan di lapangan. Kami berada di tepi jurang hari ini," sambungnya. (Arab News)

TERKINI
Unggah Foto Dirinya Menangis, Instagram Justin Bieber Diserbu Penggemar Gara-gara Masalah Pita Suara, Jon Bon Jovi Anggap Shania Twain Adiknya Reaksi Taylor Swift saat The Tortured Poets Department Tembus 2,6 Juta Unit dalam Seminggu Disindir di Album TTPD Taylor Swift, Bagaimana Kabar Joe Alwyn Sekarang?