Minggu, 23/08/2020 10:30 WIB
Washington, Jurnas.com - Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi mengutuk pernyataan Presiden Donald Trump terkait penundaan pengiriman vaksin dan pencabutan izin menggunakan hydroxychloroquine dan chloroquine pada pasien COVID-19.
"FDA memiliki tanggung jawab untuk menyetujui obat-obatan yang menilai keamanan dan kemanjurannya, bukan dengan pernyataan dari Gedung Putih tentang kecepatan dan mempolitisasi FDA," ujar Pelosi
"Ini adalah pernyataan yang sangat berbahaya di pihak presiden. Bahkan baginya, pernyataan itu melampaui batas," tegas Pelosi yang menuding Trump membahayakan kesehatan dan kesejahteraan warga AS.
Sebelumnya, Potus menuduh "negara bagian" di Food and Drug Administration (FDA) dengan sengaja menghentikan proses melakukan tes untuk vaksin dan terapi COVID-19.
Kasus Subversi Pemilu Trump Terhenti, Permasalahan Hukum Sekutunya Meningkat
Trump Habiskan Banyak Uang untuk Biaya Hukum; Biden Pimpin Penggalangan Dana
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
trump mengeluh bahwa perusahaan obat harus melalui proses yang rumit untuk merekrut orang untuk diadili dan menuduh bahwa hal ini dilakukan dengan maksud agar vaksin diberikan hanya setelah pemilihan presiden November selesai.
"Keadaan yang dalam, atau siapa pun di FDA membuat sangat sulit bagi perusahaan obat mendapatkan orang untuk menguji vaksin dan terapeutik. Jelas, mereka berharap untuk menunda jawaban sampai setelah 3 November. Harus fokus pada kecepatan, dan menyelamatkan nyawa!," kicaunya.
Ia mengutuk FDA karena menolak mengizinkan perawatan bagi paseien yang tertular COVID-19 menggunakan hydroxychloroquine dan chloroquine atas kekhawatiran bahwa obat tersebut tidak berpengaruh pada penyakit dan pemulihan pasien, sementara memiliki efek samping yang signifikan.
Trump menuduh bahwa banyak dokter dan penelitian tidak setuju dengan evaluasi efektivitas kedua obat tersebut.
Meskipun ada beberapa terapi dan vaksin potensial untuk melawan COVID-19 yang sedang dikembangkan perusahaan farmasi AS, namun belum menjalani tahap akhir uji coba, yang membutuhkan sejumlah besar sukarelawan manusia untuk membuktikan obat tersebut aman dan efektif.
Baru-baru ini, Gamaleya Research Institute Rusia mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia, berdasarkan pengembangannya pada vaksin sebelumnya yang menggunakan adenovirus sebagai vektor untuk mengirimkan genom COVID-19 ke dalam tubuh manusia.
Sayangnya, AS menolak untuk membelinya. Presiden Trump mengisyaratkan bahwa vaksin dalam negeri kemungkinan akan tersedia sebelum Pilpres yang akan dihelat pada 3 November 2020. (Sputnik)