Korban Tewas COVID-19 di AS Tembus 65.000 Orang

Sabtu, 02/05/2020 05:29 WIB

Washington, Jurnas.com - Penyakit pernapasan yang dikenal sebagai COVID-19 sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 1.119.000 orang di seluruh Amerika Serikat dan menewaskan lebih dari 65.000.

Data Worldometers menunjukkan pada Jumat (1/5), terjadi peningkatan 24.153 kasus dan peningkatan 1.277 kematian selama 24 jam terakhir di Negeri Paman Sam itu. 

Secara global, lebih dari 3.383.000 orang yang terinfeksi dan lebih dari 238.500 yang sudah meninggal, dengan AS saat ini memiliki kasus yang paling banyak dikonfirmasi dari negara mana pun. Di New York City, pusat wabah, lebih dari 18.000 orang meninggal sejauh ini.

Presiden AS, Donald Trump, yang pemerintahannya berada di bawah kritik atas kesalahan penanganan COVID-19, masih tampaknya tidak memahami gawatnya krisis ini.

Pada Februari, presiden dari partai Republik memperkirakan jumlah kasus COVID-19 di AS akan turun menjadi nol.

Ketika ditanya, dalam pengarahan singat (briefing) pada Selasa (28/4), tentang mengapa angka itu naik menjadi lebih dari satu juta, Trump berkata, "Yah, pada akhirnya akan turun ke nol."

"AS melakukan lebih banyak pengujian daripada negara lain di Dunia," tambahnya.

Sebelum kasus COVID-19 parah di negara itu, para ahli sudah mengeluarkan peringatakan bahwa jumlah kasus virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu itu akan melejit di AS.

"Para ahli - ahli yang sangat baik, orang yang sangat baik juga - mengatakan ini tidak akan mempengaruhi AS, itu tidak akan mempengaruhi Eropa, itu tidak akan mempengaruhi apa pun di luar China," katanya.

"Jadi kami mendengarkan para ahli, dan kami akan selalu mendengarkan para ahli, tetapi para ahli salah. Banyak orang yang salah, dan banyak orang tidak tahu itu akan seserius ini," sambugnya.

Namun, tidak jelas ahli mana yang disebut Trump sebagai puluhan pejabat kesehatan masyarakat memperingatkan wabah AS di bulan yang sama. Ia juga menyalahkan Cina atas penyebaran virus untuk mengalihkan perhatian dari kesalahan manajemennya sendiri.

Pada Kamis (30/4), bahkan ketika komunitas intelijen AS menyimpulkan bahwa COVID-19 baru berasal dari China tetapi bukan buatan manusia atau rekayasa, Trump mengatakan ia yakin virus itu mungkin berasal dari laboratorium virologi China, tanpa memberikan bukti. (Press TV)

TERKINI
Rusia Gunakan Hampir 70 Bom Udara, Ukraina Hanya Bisa Mengusir dengan Jatuhkan 13 Drone Dikepung Drone dan Polisi, Pemerintah AS Bungkam Aksi Mahasiswa Pro-Palestina Tersangka Gembong Kejahatan Dunia Maya asal Rusia Hadapi Persidangan di California Protes Mahasiswa anti-Perang di AS dan Penggerebekan Polisi Kacaukan Rencana Kelulusan