Senin, 20/01/2020 10:44 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Ada pemandangan miris yang tampak di Desa Cipugur, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, yang menjadi tempat pengungsian korban banjir dan tanah longsor Kampung Rancanangka, Desa Cileuksa, Bogor.
Selain dipaksa hidup bergantung pada bantuan karena tidak sempat menyelamatkan harta bendanya, mereka juga harus tinggal di bilik-bilik sempit berukuran sekitar 2x3 meter.
Nahasnya lagi, bilik sempit tersebut diisi hingga 10 orang pengungsi. Walhasil, saban malam mereka harus tidur berdesak-desakan.
"Saya satu bilik diisi tiga KK, jumlahnya 10 orang. Tidurnya gimana? Ya numpuk di sana. Tidak bisa tengkurep atau gerak ke mana-mana," ungkap Hasma, yang sudah tinggal di pengungsian selama 17 hari terakhir.
Lansia Korban Gempa Cianjur Jenuh Tak Bisa Menjahit
BNPB: 16.593 Warga Selayar Bertahan di Pengungsian
BMKG Prediksi Akan Terjadi Tsunami Di Pacitan, Mensos Minta Pemkab Tetap Siaga
Hasma menuturkan, duka tinggal di bilik sempit itu ialah merasa kedinginan setiap malam, dan panas saat siang. Belum lagi kalau hujan, terpal yang menjadi atap pengungsian kerap kali merembes ke dalam.
"Makanya kalau siang kami mau tidak mau ngungsi ke rumah warga," lanjut dia.
Selain mengeluhkan bilik yang teramat sempit, Hasma dan pengungsi lainnya juga mengalami kesulitan air bersih. Kendati hujan, mereka sulit mendapatkan air untuk mandi.
"Ada air itu pun untuk masak doang. Tapi kalau hujan tidak air buat mandi," ujar dia.
Setidaknya 222 KK (kepala keluarga) menghuni pengungsian di Desa Cipugur, Bogor. Haji Ope, koordinator pengungsi Desa Cileuksa mengatakan, hingga saat ini para pengungsi masih membutuhkan bantuan beras, penerangan, dan air bersih.
"Kalau anak sekolah itu butuh tas, buku, pulpen. Itu yang paling penting," tandas Haji Ope.
Keyword : Bilik Sempit Banjir Bogor Sukajaya Pengungsian