Senin, 02/12/2019 20:50 WIB
Jakarta, Jurnas.com - Dewasa ini, perguruan tinggi dituntut mengembangkan program studi (prodi) daring (online). Sebab jika tidak, akan ada ancaman bangkrut akibat tergilas oleh perkembangan teknologi.
Demikian disampaikan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ali Ghufron Mukti, pada Senin (2/12) di Jakarta.
"Kalau para pengelola dan pemilik perguruan tinggi ini bisa antisipasi, mungkin masih bisa survive (bertahan)," ujar Ghufron kepada awak media.
Dengan prodi daring, lanjut Ghufron, para mahasiswa tidak lagi disibukkan dengan harus datang ke kampus. Dosen pun mau tak mau akan mulai menyesuaikan dengan sistem pembelajaran jarak jauh.
Ini Tiga Opsi Perguruan Tinggi Vokasi Jadi Kampus Hijau
BK DPR Ajak Perguruan Tinggi Berkolaborasi Guna Mencerdaskan Bangsa dan Negara
Himpunan Alumni Beri 18 Kuota Masuk IPB Gratis, Minat?
"Jadi lebih ke arah pemanfaatan teknologi. Ini proses pembelajaran yang sangat gampang. Kalau di (Universitas) Trisakti misalnya, dari rumah akses perpustakaan sudah bisa. Pinjam buku atau apa itu bisa diakses dari kamar tidur juga bisa," jelas dia.
Namun Ghufron mengakui, untuk menerapkan prodi daring di seluruh perguruan tinggi di Indonesia bukanlah perkerjaan yang mudah. Di sejumlah daerah, masih banyak ditemui kendala di bidang infrastruktur.
"Dosennya juga harus siap, perguruan tingginya harus siap, pemiliknya harus siap, kan perlu investasi juga. Terus urus izin juga, kan itu ada SDM-nya yang ngurusin," terang dia.
Ghufron menambahkan, dirinya berharap kampus-kampus di Indonesia pelan-pelan dapat menerapkan prodi daring. Apalagi pemerintah sudah memiliki Palapa Ring, yang sudah menjangkau seluruh daerah.
"Dan juga sudah ada fiber optic. Jadi itu harusnya sudah bisa (diterapkan)," tandas Plt Rektor Universitas Trisakti tersebut.
Keyword : Prodi Daring Perguruan Tinggi Ali Ghufron Mukti