Jum'at, 22/11/2019 12:09 WIB
Sydney, Jurnas.com - Insiden Islamofobia terjadi di Australia, ketika seorang pria di Sydney didakwa oleh pengadilan karena meninju dan menginjak seorang perempuan berhijab yang sedang hamil besar tanpa alasan.
Rekaman kamera keamanan menunjukkan pria itu mendekati tiga wanita berjilbab saat mereka sedang mengobrol di sebuah kafe, di barat kota pada Rabu lalu.
Tiba-tiba tanpa provokasi apapun, tersangka berusia 43 tahun itu menerjang meja lalu menyerang seorang wanita berusia 31 tahun, yang menurut polisi hamil 38 minggu.
Setelah beberapa pukulan hingar-bingar, wanita itu jatuh ke tanah dan diinjak, sebelum orang-orang yang berdiri berusaha mengusir si penyerang.
Tundukkan Australia, Indonesia Buka Peluang ke 8 Besar AFC U-23
Supermodel Australia Berusia 59 Tahun Elle MacPherson Kembali Melenggang di Catwalk
Istri Julian Assange Khawatir Hidup Suaminya Terancam Setiap Hari Jika Diekstradisi
Polisi mengatakan seorang tersangka telah didakwa "melakukan penyerangan yang secara nyata membahayakan tubuh dan kesusahan" dan menolak jaminan.
Mereka menolak untuk mengomentari motif penyerang, tetapi membiarkan kemungkinan tuduhan tambahan terhadap dirinya.
Federasi Dewan Islam Australia (AFIC) mengatakan pada Kamis (21/11) pria itu sempat meneriakkan pidato kebencian anti-Islam pada korban dan teman-temannya.
"Ini jelas serangan rasis dan Islamofobik dan kami berharap itu akan diperlakukan seperti itu," kata presiden AFIC Rateb Jneid dikutip dari AFP pada Jumat (22/11).
"Jika bukan karena tindakan berani dari anggota masyarakat dalam menghentikan serangan, korban mungkin telah mengalami cedera yang jauh lebih serius," ujar inspektur polisi Luke Sywenkyj.
Wanita itu dibawa ke rumah sakit setelah serangan itu dan dipulangkan, menurut keterangan polisi.
Sebuah laporan baru-baru ini oleh para peneliti di Charles Sturt University menemukan, Islamofobia di Australia merupakan "fenomena terus menerus", dan perempuan yang mengenakan jilbab sangat berisiko.
Dari 113 korban perempuan yang dilaporkan diintimidasi atau dilecehkan secara fisik, peneliti menemukan 96 persen mengenakan jilbab.