Senin, 24/06/2019 07:46 WIB
Washington, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo berkunjung ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab untuk mendulang dukungan dunia melawan Teheran usai menembak jatuh pesawat AS yang melanggar wilayah udaranya.
"Saya akan keluar hari ini. Perhentian pertama kami adalah di kerajaan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, dua sekutu besarnya sekaligus rival Iran," ujar Pompeo kepada wartawan, Minggu (23/6) waktu setempat.
"Kami akan diskusi bagaimana memastikan semua secara strategis selaras dan setelah itu bagaimana mendulang dukungan global," sambungnya.
Teheran berkali-kali menegaskan tidak akan mencari perang dengan AS, namun akan tetap membela kepentingannya di Timur Tengah.
Tampil Glamor dengan Rambut Pirang, Billie Eilish Merasa Bukan Jati Dirinya
Menteri Luar Negeri Iran Meremehkan Tetapi Tetap Selidiki Serangan Pesawat Tak Berawak
Legislator Minta Pemerintah Wasadai Multidimensi Dampak Perang Israel-Iran
Sebelum menunggangi pesawatnya, Pompeo kembali menegaskan bahwa Washington bersedia melakuka negosiasi dengan Teheran kapan pun dan tanpa prasyarat.
Terlepas dari ancaman berulang dan tuduhan tidak berdasar terhadap Teheran, Washington juga telah menyerukan negosiasi.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC yang ditayangkan Minggu (23/6), Presiden AS Donald Trump juga membuat komentar yang sama.
"Aku tidak mencari perang dan jika ada, itu akan lenyap seperti yang belum pernah Anda lihat sebelumnya. Tetapi saya tidak ingin melakukan itu. Anda tidak dapat memiliki senjata nuklir," kata Trump.
Ajakan dialog terbaru hanya seminggu setelah Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe bertemu dengan Pemimpin Revolusi Islam, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei di Iran, yang secara terbuka menyampaikan keinginan Trump.
Sayangnya, Pemimpin Iran, menolak tawaran itu. "Saya menganggap Trump tidak layak bertukar pesan dengan Iran. Saya tidak punya dan tidak akan memberikan respons kepadanya," tegas Khamenei.
Iran baru-baru ini menembak jatuh pesawat mata-mata AS, yang mengabaikan peringatan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) berulang kali dan menerobos ke wilayah udara negara itu. (PressTV)