Kamis, 20/06/2019 11:10 WIB
Dakar, Jurnas.com - Ekspor berton-ton minyak ikan dan tepung Afrika ke Eropa dan China, dinilai sebagai ancaman serius bagi jutaan rakyat Afrika, menurut kelompok pecinta lingkungan Greenpeace.
Dalam konferensi pers yang digelar di Dakar, Senegal tersebut, Greenpeace telah mengidentifikasi 50 pabrik penghasil minyak ikan dan makanan, terutama di Mauritania, dan negara Afrika Barat lainnya seperti Senegal dan Gambia.
"Ratusan ribu ton ikan dijadikan makanan atau minyak untuk diekspor, sehingga merugikan sekitar 40 juta pria dan wanita Afrika," kata perwakilan Greenpeace Afrika, Ibrahim Cisse dilansir dari AFP pada Kamis (20/6).
"Orang Afrika harus didahulukan dari kepentingan pertanian industri," imbuh Cisse.
Beberapa Bulan Lagi, Hampir 55 Juta Orang Terancam Kelaparan di Afrika Barat dan Tengah
Bro Hizrah Sukses Jadi Milyarder Dengan Bisnis Herbal dan Properti
Ditinggal Kapal Pesiar, Penumpang Lintasi 7 Negara Kejar Norwegian Cruise Line
Karena itu, Greenpeace menyerukan kepada pemerintah Afrika Barat supaya menghentikan industri minyak ikan dan makanan, sebab menjadi ancaman nyata terhadap stok ikan di kawasan Afrika.
"Ikan juga penting untuk keamanan pangan bagi populasi lokal, yang masuk dalam kategori termiskin di dunia," jelas Cisse.
Kelompok lingkungan itu memperkirakan ikan menjadi 70 persen asupan protein hewani orang di Senegal, dan 50 persen di Gambia. Spesies utama yang terancam oleh industri ialah ikan kecil seperti sardinella.
Tahun lalu, Mauritania mengekspor produk ikannya ke China, Uni Eropa, Turki dan Vietnam, menurut laporan itu.
Minyak ikan dan makanan yang diproduksi di Senegal dikirim ke UE, dan negara-negara Afrika lainnya. Sementara sebagian besar ekspor Gambia pergi ke UE dan Tunisia, menurut Greenpeace.
Keyword : Ekspor IkanProduk PerikananAfrika