Perangi Sampah Plastik, Wagub Bali Apresiasi Solusi Yayasan "Race For Water"

Selasa, 11/06/2019 19:24 WIB

Bali, Jurnas.com - Dalam rangka mengatasi permasalahan sampah plastik yang mencapai 400 ton perharinya, pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan kebijakan strategis berupa Peraturan Gubernur Bali (Pergub) No.97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Namun, hal ini tentunya belum 100 persen berhasil mengatasi permasalahan sampah plastik yang ada di Bali. Untuk itu, Pemerintah Provinsi Bali membuka peluang bagi masyarakat maupun investor luar untuk ikut memberikan solusi dalam penanganan sampah plastik, sehingga tujuan Bali bebas sampah plastik dapat segera terwujud.

Demikian disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster yang dibacakan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, dalam Konferensi Pers Yayasan "Race For Water", di Tanjung Benoa, Selasa (11/6).

Lebih lanjut, Wagub Cok Ace dalam sambutan tersebut memberikan apresiasi dan menyambut baik Yayasan “Race For Water” yang memilih Bali sebagai tempat berlabuh dan memberikan edukasi terkait solusi penanganan sampah plastik khususnya di lautan.

"Terlebih Bali sebagai salah satu destinasi pariwisata dunia kita harus cepat bergerak dan mencarai solusi bagaimana cara untuk mengurangi sampah plastik ini, sehingga potensi Bali sebagai destinasi wisata dunia tidak terkubur dengan adanya sampah plastik," ujarnya.

Untuk itu, ia berharap yayasan yang memiliki teknologi dalam mengolah limbah plastik menjadi energy listrik dapat menjadi salah satu solusi yang bisa diadopsi oleh Bali dalam mengurangi sampah plastik.

“Kedepan kita akan bekerjasama dengan salah satu Kabupaten terlebih dahulu sebagai pilot project dalam penerapan teknologi ini," pungkasnya.

Sementara itu Pendiri Yayasan Race For Water Marco Simeoni yang juga merupakan seorang wirausahawan Swiss mengatakan, yayasan tersebut memiliki dedikasi terhadap pelestarian air, khususnya lautan.

Untuk itu, melalui ekspedisinya yang melakukan pelayaran keseluruh dunia dengan menggunakan Kapal Odyssey ramah lingkungan, selalu mendorong solusi local untuk mengubah limbah plastik menjadi energy listrik di tiap tempat persinggahannya.

Ia juga mengatakan, model daur ulang yang ada saat ini harganya 15 hingga 20 persen limbah plastik yang dikumpulkan untuk didaur ulang. Sedangkan lebih dari setengah bahan yang dikumpulkan tidak dapat didaur ulang karena alasan kesehatan, keselamatan, kualitas dan kontaminasi, serta bahan daur ulang yang mahal mendukung penggunaan sampah plastik baru.

Untuk itu, dalam mengantisipasi plastik circular economy yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, pihaknya menghadirkan solusi relialistis yang digunakan dalam skala besar.

"Kami menawarkan teknologi pirolisis suhu tinggi tanpa pembakaran (850 derajat C) yang dikembangkan untuk mengubah semua sampah plastik menjadi listrik, dimana jumlah sampah palstik yang dapat diolah setiap hari sebesar 5 hingga 12 Ton, dengan jumlah perton sampah tersebut dapat menghasilkan listrik hingga 2,5 MWh yang dapat mencangkup kebutuhan 6.000 rumah tangga didaerah-daerah tertentu," katanya.

Wirausahawan yang sudah berlayar lebih dari 35 persinggahan diseluruh dunia untuk mempromosikan teknologi ini, berharap dapat membantu Bali dan dapat menjawab permasalahan dalam pengurangan sampah plastik.

Ia mengaku selain mengadakan konferensi pers, dimana pihaknya akan mengadakan beberapa kegiatan selama di Bali seperti WOAH festival-Beach Clean Up pada 8 Juni 2019, mengunjungi sekolah-sekolah Negeri dan Internaisonal yang ada di Bali dalam memberikan edukasi terkait pengurangan sampah plastik, dan Wokrshop Pengolahan Sampah Plastik menjadi Energi pada 13 Juni 2019.

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2