Senin, 18/03/2019 09:28 WIB
Caberra, Jurnas.com - Polisi Australia menggerebek dua rumah yang diketahui milik teroris yang membantai 50 jamaah yang hendak melaksanakan salat Jumat di dua masjid di Selandia Baru.
Rumah yang digeledah di kota Sandy Beach di New South Wales dan Lawrence, pada Senin (18/3), keduanya dekat kota Grafton tempat Brenton Tarrant, yang diduga penembak, tumbuh besar.
"Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk secara resmi mendapatkan bahan yang dapat membantu polisi Selandia Baru dalam penyelidikan yang sedang berlangsung," kata sebuah pernyataan polisi.
Keluarga Tarrant terus membantu polisi dengan pertanyaan mereka dan tidak ada informasi pun yang meancaman saat ini atau yang akan datang kepada masyarakat.
Selandia Baru Investasi Penelitian Teknologi Kuantum
Ejek Tarian Selandia Baru, Kapten Spanyol Minta Maaf
Pria Bersenjata Kapak Mengamuk di Tiga Restoran China
Tarrant, seorang supremasi kulit putih yang diakui sendiri, menghabiskan masa mudanya di Grafton tetapi telah melakukan perjalanan ke luar negeri secara luas selama dekade terakhir dan menetap beberapa tahun terakhir di Dunedin, Selandia Baru.
Ia didakwa dengan kasus pembunuhan di Selandia Baru pada Sabtu (16/3), sehari setelah penembakan yang menewaskan 50 orang dan puluhan lainnya luka-luka, hingga mengalami cedera parah.
Dilansir dari Al Jazeera, insiden itu merupakan penembakan paling mematikan di Selandia Baru dalam sejarah modern.
Beberapa anggota keluarga Tarrant mengaku terkejut dan sedih dalam wawancara dengan media Australia.
"Kita semua terkesima, kita tidak tahu harus berpikir apa," kata Marie Fitzgerald, nenek Tarrant, kepada televisi Channel Nine.
"Media mengatakan Tarrant sudah merencanakannya jauh-jauh sebelumnya, jadi dia (Tarrant) tidak waras, kurasa tidak. Hanya sejak dia pergi ke luar negeri, bocah itu berubah sepenuhnya dari bocah yang kita kenal. Sekarang semua orang hancur," katanya.
Pada 2016, Tarrant mengunjungi Serbia, Montenegro, Bosnia dan Herzegovina, dan Kroasia, untuk mengunjungi tempat-tempat pertempuran bersejarah, sebelum melakukan perjalanan di Eropa Barat pada 2017. Ia juga mengunjungi Turki, Bulgaria, dan Israel.
"Kami meminta maaf kepada keluarga di sana untuk yang meninggal dan yang terluka. Saya tidak bisa memikirkan hal lain. Saya hanya ingin pulang dan bersembunyi," kata paman si penembak, Terry Fitzgerald.
Keyword : Selandia BaruPenembakan IslamTarrant