Benarkah Minuman Siap Saji Picu Obesitas?

Jum'at, 19/10/2018 07:02 WIB

Jakarta - Untuk mendukung generasi yang lebih sehat dan produktif, Indonesia memberikan perhatian yang lebih terhadap masalah kesehatan masyarakat.

Salah satu yang menjadi fokus adalah Double Burden yang jika tidak ditangani dengan serius akan dapat meningkatkan risiko Penyakit Tidak Menular seperti Jantung dan Diabetes Melitus.

Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah pola makan dan minum yang berlebihan jumlah kalorinya sehingga mengakibatkan kegemukan (overweight dan obesity).

Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan panduan “Isi Piringku” yaitu 2/3 porsi karbohidrat, 1/3 porsi protein dan lemak (lauk pauk), ½ sayur serta buah. Masyarakat juga dapat mengikuti anjuran Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk mengetahui berapa banyaknya kalori yang dibutuhkan sesuai usia serta jenis kelamin.

Namun, dengan banyaknya pilihan makanan dan minuman siap saji, kita masih sering menambahkannya diluar makanan pokok yang dapat mempengaruhi pertambahan berat badan karena kandungan kalorinya yang tinggi.

Karenanya, penting untuk cerdas membaca dan mengerti label nutrisi, terutama dalam minuman siap saji yang terkadang terlihat ringan namun tidak sesuai dengan kebutuhan kita.  

Profesor Ujang Sumarwan, Ahli Consumer Behavior dari Institut Pertanian Bogor menyatakan beragam masalah kesehatan di Indonesia diantaranya dipicu oleh ketidak-seimbangan asupan gizi.

“Beragam keluhan kesehatan seperti Obesitas, Diabetes II, keluhan fungsi ginjal dan jantung, diantaranya dipicu oleh tidak seimbangnya konsumsi nutrisi tubuh, yang bisa berasal dari makanan atau minuman sehari-hari,” jelasnya.

Menurut Profesor Ujang, sebagai konsumen kita dapat memilih minuman yang akan konsumsi sesuai dengan kebutuhan. “Kita cenderung minum berdasarkan rasanya yang disukai sehingga tidak memperhatikan kandungan nutrisi terutama gula.”   

Minuman kemasan siap saji dapat diminum dengan mengenal kandungan nutrisinya agar kita masih dapat menjaga jumlah kalori yang masuk untuk mengurangi risiko kegemukan.

Profesor Ujang menjelaskan bahwa di Indonesia asupan pola minum air putih meningkat dari tahun 2012 dibanding tahun 2016.  

“Namun ternyata pola minum yang mengandung gula seperti minuman dalam kemasan juga meningkat sehingga perlu untuk melakukan edukasi kepada masyarakat agar menjaga pola makan dan minum yang lebih baik” paparnya.

TERKINI
Aktor Rio Reifan Ditangkap Kelima Kalinya di Kasus Narkoba CERI Laporkan Aspidum Kejati Jawa Timur ke Jaksa Agung Atas Dugaan Ini Gelora Cap PKS sebagai Pengadu Domba: Tolak Gabung Koalisi Prabowo-Gibran Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa