Senin, 17/09/2018 10:15 WIB
Jakarta - Aktivis dan jurnalis Myanmar memprotes pemenjaraan dua wartawan Reuters yang menyelidiki pembantaian etnis Rohingya di Myanmar.
Di perkirakan ratusan orang, temasuk siswa sekolah menengah berkumpul di pusat Yangon, kota besar Myanmar meneriakkan slogan-slogan mengecam vonis bersalah pasangan Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, pada Minggu kemarin.
Eksodus ke Thailand Berlanjut setelah Jatuhnya Kota Perbatasan Utama Myanmar
Perbatasan Myanmar Jadi Pusat Operasi Ilegal, Thailand Bantu Pulangkan 900 Warga China
Junta Myanmar Berlakukan Wajib Militer Bagi Generasi Muda
"Kehilangan kebebasan pers berarti transisi demokrasi kami akan mundur," katanya kepada Reuters.
"Kami sangat marah. Kami kecewa dengan pemerintahan baru. Sayang sekali," kata aktivis Maung Saung Kha, 25, kepada kantor berita AFP.
Pemerintah sipil pemimpin de facto Aung San Suu Kyi mengambil alih kekuasaan pada 2016 setelah melengserkan tentara negara yang kuat memimpin negara itu selama 50 tahun.
Keyword : Myanmar Rohingya Reuters Aung San Suu Kyi