Iran: Semua Orang Muak Kebijakan AS tapi Tak Berani Bersuara

Senin, 27/08/2018 09:15 WIB

Tehran - Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan tidak semua orang di dunia ini senang dengan kebijakan Amerika Serikat (AS), tetapi tidak semua orang berani membayar seperti yang dilakukan Iran.

"Apakah mereka siap untuk mengubah ketidakbahagiaan ini menjadi ongkos, yaitu, membayar sesuatu untuk menunjukkan ketidakbahagiaan mereka? Untuk membayar untuk mencegah masa depan yang dibuat Amerika," ujar Zarif.

Menurut Zarif, Presiden Donald Trump menciptakan krisis global untuk mengalihkan perhatian dari masalah pribadinya.

"Sekarang tembok sanksi rusak, hanya Amerika yang melakukan bullying, mereka melakukan tekanan. Tidak semua percaya  Amerika akan berhenti menekan Iran. Inilah sebabnya, sejak awal kami percaya, kami harus mempertahankan hubungan ekonomi kami dengan Rusia, China, dan negara-negara Eropa," terang Zarif.

Sekarang ini, jelas Zarif, fokus Amerika yang paling kuat adalah menciptakan tekanan psikologis terhadap Iran dan mitra dagangnya.

"Mereka (Amerika) akan mengatakan, `Apakah Anda tidak berencana mengunjungi Amerika? Apakah Anda tidak ingin mendapatkan visa Amerika?` Kenapa kamu berurusan dengan orang Iran?" kata Zarif mencotohkan.

"Jika sekutu mereka tak memenuhi keinginannya, maka Amerika akan perusahaan dan secara resmi mengancam mereka. Ini berarti mereka ingin mengubah permainan melalui suasana psikologis," tambahnya.

Dengan menunjukkan kebijakan unik Iran di kawasan itu, Zarif mengatakan, "Siapa pun yang Anda lihat di wilayah ini  akan berpikir dapat membeli keamanan dan kemajuan, atau mendapatkan keamanan dengan membeli senjata atau senjata nuklir. Tapi Iran tidak melalukannya. Iran berutang keamanan, kemajuan, dan pengembangan kepada orang-orang."

"Hari ini, terlepas dari semua kekacauan Amerika, masih ada konsensus global terhadap Amerika. Dan kami masih mengerjakan konsensus global ini dan kami berharap, saya yakin, kami akan menang; di satu sisi dengan mengandalkan kemampuan domestik, dan di sisi lain dengan menggunakan keadaan internasional baru, untuk melewati tahap ini," sambungnya.

Di tempat yang sama, Zarif menyebut Gedung Putih tampaknya sudah mulai terisolasi sejak keluar dari JCPOA, nama resmi untuk perjanjian nuklir 2015.

"Bahkan pemerintah Kanada melawan pemerintah Amerika. Semua sekutu Amerika di NATO  melawan Amerika. Hanya dua atau tiga negara di selatan kami. Salah satunya adalah rezim Zionis. Ini adalah harga yang dibayar Amerika," terangnya.

"Amerika pikir setelah keluar dari pakta nuklir akan mendapatkan yang diinginkannya.  Trump sendiri menggelar ingin mengadakan pembicaraan langsung. Kemudian mereka membentuk kelompok aksi," kelakar Zarif.

"Ketika Obama datang ke kami  melakukan pembicaraan, bukan kami yang bernegosiasi. Itu adalah dukungan dari orang-orang yang mengecewakan Obama dengan sanksi (nya) sehingga mereka datang berunding dengan kami. Dukungan yang sama ini dapat mengecewakan Trump," terangnya.

TERKINI
Terinspirasi Lagu Taylor Swift di TTPD, Charlie Puth Segera Rilis Single `Hero` Tak Mau Punya Anak, Sofia Vergara Lebih Siap Jadi Nenek Raih Nominasi Aktor Terbaik di La La Land, Ryan Gosling Akui Sebuah Penyesalan Gigi Hadid Beri Bocoran Double Date dengan Taylor Swift dan Travis Kelce