Rabu, 01/08/2018 20:09 WIB
Washington - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) disebut tidak serius menyelesaikan konflik berdarah Israel dengan Palestina. Lembaga itu dinilai minim kontribusi.
Demikian disampaikan Duta Besar Swedia untuk PBB, Olof Skoog. Menurunya mendamaikan kedua negara memang tidaklah semudah yang dibayangkan. Karena itulah dua negara itu harus menjadi prioritas.
"Apakah sudah menjadi prioritas? Saya rasa tidak," ujar Skoog, Selasa (31/7) kemarin, dilansir Anadolu, Rabu (1/8).
Skoog mencotohkan saat Amerika Serikat (AS) memutuskan memindahkan kedutaannya di Tel Aviv ke Yerusalem dan Undang-Undang Negara-Bangsa Yahudi baru-baru ini menjauhkan semua pihak dari perdamaian di wilayah tersebut.
Lokasi Protes pro-Palestina di UCLA Diserbu dan Dibubarkan Polisi
Sederet Fakta Tentang Mahasiswa UCLA yang Ditangkap Polisi saat Memprotes Israel
Aksi Demo Mahasiswa di AS Tanda Kesadaran Global Israel Negara Penjajah
"Perang Gaza sangat mungkin terjadi lagi. Hampir setiap hari masalah timbul dan meningkat dengan sangat cepat di sana. Situasi ini sangat berbahaya, namun DK PBB tak cukup berbuat banyak mengatasi hal itu," kata Skoog.
Skoog menilai, DK PBB gagal mengimplementasikan pendekatan kemanusiaan di Gaza, sebab sejauh ini belum ada perkembangan untuk penyelesaian konflik.
Swedia tidak menyetujui keputusan AS yang memindahkan kedubesnya ke Yerusalem pada bulan Mei, yang telah menimbulkan perselisihan di antara komunitas internasional.
Sekedara diketahui, pada 19 Juli, parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang menyatakan negara itu sebagai negara-bangsa orang-orang Yahudi. Menurut Skoog, UU tersebut menyisihkan Palestina dalam kehidupan politik di negara itu.
"Kami telah memastikan bahwa setiap anggota di DK PBB memahami benar bagaimana kehidupan di Gaza," terangnya