Rabu, 04/07/2018 03:02 WIB
Jakarta - Menikmati indahnya semilir jazz dan merdunya kawasan pegunungan telah menjadi sebuah pengalaman yang luar biasa autentik dari para penonton Jazz Gunung selama sepuluh tahun terakhir.
Perpaduan antara menyaksikan musisi-musisi kampiun beraksi sembari menikmati kesejukan serta dahsyatnya pemandangan alam pegununungan yang beratapkan langit, berdinding cemara serta gemerlap bintang jelas sangat sulit untuk dicari tandingannya dengan festival musik di berbagai belahan dunia lain.
Terinspirasi Lagu Taylor Swift di TTPD, Charlie Puth Segera Rilis Single `Hero`
Kerusakan Saraf di Punggung, Britney Spears Harus Terapi Akupunktur Setiap Hari
Kolabs di Lagu `Florida!!!`, Florence Welch Puji Taylor Swift Membumi di Tengah Ketenarannya
Proyek album Soul of Bromo tersebut memang sengaja digarap untuk dirilis sekaligus dimainkan berbarengan dengan Jazz Gunung 2018. Bintang sengaja menginterpretasikan foto-foto lansekap Bromo yang diabadikan oleh salah seorang penggagas Jazz Gunung Sigit Pramono ke dalam komposisi jazz.
Penghargaan yang sudah dilakukan sejak dua tahun lalu ini sebelumnya dianugerahkan kepada mendiang Ireng Maulana pada 2016 dan mendiang Jack Lesmana pada 2017.
Sejak penyelenggaraannya yang pertama hingga ke sepuluh nanti, tiga orang penggagas Jazz Gunung masih setia bersinergi untuk memberikan suguhan yang terbaik kepada para penonton. Mereka adalah Sigit Pramono, seorang penggemar berat Bromo yang merupakan mantan bankir nasional yang memiliki hobi fotografi dan mendengarkan jazz, serta dua bersaudara seniman ternama asal Yogyakarta, Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto.Jazz Gunung diawali dari kegelisahan seorang Sigit Pramono yang sering bolak-balik ke Gunung Bromo untuk menyalurkan hobi fotografinya di sana namun kemudian merasa miris menyaksikan pariwisata Bromo hanya diperkenalkan sebagai destinasi untuk menyaksikan matahari terbit saja. Padahal potensi pariwisata Bromo lebih dari itu. Hal ini berdampak para turis domestik maupun asing hanya berkunjung singkat saja di sana, kurang dari sehari dan kemudian pulang. Menurut Sigit, hal ini tidak banyak memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat di sekitar kaki gunung Bromo. Ia kemudian mengajak Butet dan Djaduk untuk menggagas acara Jazz Gunung, dengan harapan para turis akan tinggal lebih lama di Bromo dan menghabiskan lebih banyak uang lagi bagi masyarakat di sekitar sana.Keyword : Jazz Gunung Bromo Musik