Kenaikan Suhu Panas Berisiko Hanguskan 25 Persen Dunia

Rabu, 03/01/2018 07:50 WIB

Jakarta - Sebuah penelitian dilakukan Universitas Sains dan Teknologi Selatan di Shenzhen menemukan bahwa sekitar seperempat dunia dapat dilanda kekeringan permanen jika kenaikan suhu panas dari 1,5 hingga 2 derajat celcius.

Para ilmuwan menyusun prediksi 27 model iklim global untuk menentukan wilayah planet mana yang paling mungkin mengalami aridifikasi signifikan pada akhir abad ini.

Ilmuan tersebut melihat antara 20 dan 30 persen dunia akan jauh lebih kering daripada rentang kerapatan yang ditetapkan dari tahun ke tahun.

"Aridifikasi adalah ancaman serius karena dapat berdampak kritis terhadap wilayah seperti pertanian, kualitas air, dan keanekaragaman hayati," ujar Chang-Eui Park, seorang peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Selatan di Shenzhen, China. "Hal ini juga dapat menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan, serupa dengan yang terlihat mengamuk di California."

Periset melihat kemungkinan tingkat aridifikasi untuk berbagai tingkat pemanasan global, termasuk kenaikan 1,5 dan 2 derajat Celsius pada suhu global rata-rata.

"Cara lain untuk memikirkan kemunculan aridifikasi adalah pergeseran ke kondisi kekeringan sedang yang terus-menerus, yang merupakan variabilitas masa depan dari tahun ke tahun yang dapat menyebabkan kekeringan lebih parah," kata Park, yang juga bekerja di University of East Anglia di Norwich, Inggris "Misalnya, dalam skenario seperti itu, 15 persen wilayah semi-gersang akan benar-benar mengalami kondisi yang serupa dengan iklim `gersang` hari ini."

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa membatasi pemanasan global terhadap kenaikan di bawah 1,5 derajat akan mencegah sebagian besar aridifikasi. Tingkat kekeringan sudah meningkat di sebagian besar dunia, karena Bumi telah mengalami kenaikan suhu rata-rata 1 derajat Celsius.

"Daerah di dunia yang paling diuntungkan dari pemanasan di bawah 1,5 derajat Celsius adalah bagian dari Asia Tenggara, Eropa Selatan, Afrika Selatan, Amerika Tengah dan Australia Selatan, di mana lebih dari 20 persen populasi dunia hidup hari ini," kata Tim Osborn, seorang profesor di UEA.

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih