Disuruh Kenakan Abaya, Kejuaraan Catur Dunia Arab Dikritik

Rabu, 27/12/2017 05:52 WIB

Jakarta - Laga kejuaraan catur dunia yang akan berlangsung di Arab Saudi, mendapat kritikan dan terancam akan diboikot oleh para pecatur putri dunia. Selain karena alasan diplomatik, juga Arab berlakukan pecatur gunakan abaya atau jubah panjang hingga ke kaki yang longgar.

Imbas diplomatik dikenakan kepada pecatur putri Israel. Alasannya, pecatur negara Yahudi itu tidak ada hubungan diplomatik antar negara sehingga tidak bisa diberikan visa kunjungannya. Tak syak lagi, Federasi Catur Israel akan menuntut ganti rugi keuangannya.

Padahal banyak pemain catur dunia menganggap, ajang di Arab Saudi ini sebagai bagian dari proses negara kerajaan itu untuk lebih membuka diri kepada dunia luar. Sayangnya, diberlakukan ketentuan Abaya yang wajib dikenakan perempuan di depan umum.

Kejuaraan bertajuk King Salman World Rapid and Blitz Chess Championship itu menawarkan hadiah US$750.000 atau Rp10 miliar untuk nomor terbuka dan US$250,000 -yang setara dengan Rp3,3 miliar- untuk nomor putri.

Pecatur Ukraina,  Anna Muzychuk mengatakan walau hadiahnya besar namun dirinya tidak akan main di Riyadh. Dia juga rela Ketidakhadirannya di Riyadh juga bisa membuat dia kehilangan dua gelar juaranya.

"Mengambil risiko mengenakan abaya sepanjang waktu? Semua ada batasnya dan kerudung di Iran sudah lebih dari cukup," tulisnya di Facebook.

Muzychuk juga mmenyatakan dalam pesan Facebook yang diunggahnya pada  23 Desember, "walaupun `merasa perih akan kehilangan gelar, dia akan tetap pada prinsipnya dan tidak ikut kejuaraan itu."

Kritik juga disampaikan pecatur putri peringkat tiga dunia, Hikaru Nakamaru. Menurutnya, keputusan menetapkan Arab Saudi sebagai tuan rumah sebagai sesuatu yang mengerikan`.

TERKINI
Berbeda dengan Berkeley, UCLA Tangani Protes Mahasiswa Pro-Palestina dengan Panggil Polisi Parlemen Vietnam Dukung Pengunduran Diri Ketua di Tengah Upaya anti-Suap Protes Kampus Jadi Tantangan Kampanye Terpilihnya Kembali Biden dan Partai Demokrat Korea Selatan Tingkatkan Kewaspadaan Diplomatik dengan Alasan Ancaman Korea Utara