Ramai Diperbincangkan, Kenaikan TDL Meresahkan

Senin, 12/06/2017 09:10 WIB

Jakarta - Sejak awal Mei lalu, kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sudah ramai diperbincangkan, bahkan keluhan dan protes masyarakat sudah banyak disampaikan. Hingga pertengahan Juni, soal TDL ini juga ramai diperbincangkan di media sosial.

Kebijakan kenaikan TDL yang dilakukan bertahap tiga kali sepanjang tahun 2017 ini meresahkan masyarakat. Apalagi saat Ramadhan dan lebaran, dimana kebutuhan masyarakat naik, ditimpa lagi dengan kenaikan TDL.

"Menaikkan tarif dasar listrik secara diam-diam bisa berbahaya, karena ini dirasakan langsung. Pak Jokowi mudah-mudahan mendengar keresahan yang sudah sangat meluas soal kenaikan tarif dasar listrik, masyarakat keberatan," ucap Andi Arief saat dikonfirmasi melalui pesan selular, Minggu (11/6) malam.

Menyitir kampanye yang dilakukan oleh Jokowi-JK pada Juni tahun 2014 lalu, bahwa keduanya berkomitmen untuk menurunkan TDL. Jokowi menyatakan bahwa TDL tidak layak dinaikkan. Alasannya sederhana, harga listrik di Indonesia masih kalah murah dibanding negara lain.

"Sebetulnya yang dinantikan rakyat itu pembangkit 35 ribu MW yang katanya mudah membangunnya, bukannya naikin tarif diam-diam," seloroh mantan Staff Khusus Presiden SBY itu.

Sementara itu, sebuah akun populer yang mendukung Presiden Jokowi, @PartaiSocmed, mengkritisi kenaikan tarif dasar listrik yang gila-gilaan ini. Menurutnya, harga listrik yang mahal membuat daya saing Indonesia lebih lemah dibanding negara lain. Sebab, lewat kultwitnya, listrik mahal akan berdampak langsung pada biaya produksi yang mahal.

Menurut akun tersebut, jika segala inefisiensi di bidang energi diatasi, maka tak perlu menaikkan TDL tapi juga bisa menurunkan harga listrik. Jika inefisiensi dibereskan, maka subsidi tetap bisa dihapus tanpa perlu adanya kenaikan TDL gila-gilaan.

"Bayangkan, jika PLN bisa mengonversi dari solar ke gas saja penghematan yang bisa didapat sangat luar biasa. Ada yang menghitung sampai 100T. Bayangkan juga kerugian yang bisa ditekan jika PLN tidak wajib membeli produksi listrik swasta jika terjadi surplus. Sebab surplus listrik dari swasta yang harus dibeli PLN ujung-ujungnya akan dibebankan pada harga jual listrik ke konsumen," tulis akun tersebut.

Secara terpisah, mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli ikut berkomentar menyoroti soal listrik melalui akun twitternya.

"Kalo rakyat kecil pake 450VA pasti miskin. Kalo tidak ada di daftar orang miskin, daftarnya yang ngaco. Kalo 900VA itu nyaris miskin," tulis Rizal Ramli pada Senin (12/6).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sejak Januari, TDL telah menyumbang inflasi sebesar 0,30 persen bersama dengan perumahan, air, gas, dan bahan bakar. Berdasarkan data tersebut, pemerintah tampaknya harus lebih cermat dalam menjaga daya beli masyarakat.[]

TERKINI
Perang Epik Rebutan Kilang Anggur, Brad Pitt dan Angelina Jolie Saling Menuduh Milla Jovovich Ungkap Dirinya Pernah Jadi Baby Sitter Anak-anak Bruce Willis dan Demi Moore Akhirnya Britney Spears Benar-benar Bebas dari Ayahnya Setelah Konservatori Usai 2 Tahun Lalu Scarlett Johansson Dampingi Suaminya Colin Jost Jadi Penghibur di Gedung Putih