Selasa, 02/05/2017 12:03 WIB
Jakarta - Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan Presiden Donald Trump seharusnya tidak menggelar karpet merah di Gedung Putih untuk pemimpin, Filipina Rodrigo Duterte yang dianggap sebagai "dalang" pembunuhan massal
Menurut laporan AP, Human Rights Watch dan kritikus lainnya geram pada Senin atas permintaan Trump untuk Duterte mengunjungi Gedung Putih dalam sebuah panggilan telepon, dimana keduanya membahas persekutuan dan nuklir Korea Utara
Sebuah kelompok sayap kiri Filipina, Bayan, mendesak Duterte untuk menolak undangan Trump. Ia mengatakan bahwa kunjungan tersebut tidak akan mengubah apa yang dikatakannya sebagai hubungan Amerika yang miring dengan bekas koloninya.
"Ini mungkin memberikan `foto` yang menarik tapi tidak lebih sekedar itu," kata Renato Reyes, sekretaris jenderal Bayan.
Kasus Subversi Pemilu Trump Terhenti, Permasalahan Hukum Sekutunya Meningkat
Trump Habiskan Banyak Uang untuk Biaya Hukum; Biden Pimpin Penggalangan Dana
AS Sebut Tidak akan Terlibat Perang dalam Konflik Bersenjata Iran-Israel
AS dan negara-negara lain yang dekat dengan Filipina "berkewajiban untuk mendesak pertanggungjawaban bagi para korban perang obat bius Duterte, daripada menawarkan menggelar karpet merah untuk kunjungan kenegaraan dengan dalangnya", kata Phelim Kine, wakil direktur HRW untuk Asia
Kine mengatakan secara terpisah dalam sebuah tanggapan email atas pertanyaan dari AP bahwa Trump mungkin melakukan tindakan yang bertentangan dengan hak asasi manusia karena memberi tawaran yang terlalu ramah kepada Duterte, yang menghadapi pengaduan atas pembunuhan massal yang diduga di hadapan Pengadilan Pidana Internasional.
Duterte mengatakan di masa lalu bahwa pemerintahannya tidak memiliki kebijakan mendukung pembunuhan di luar hukum, meskipun ia berulang kali mengancam pengguna narkoba dengan kematian dan kekerasan yang tidak biasa dalam pidato di televisi nasionalnya.
Juru bicara Duterte, Ernie Abella, tidak segera membalas permintaan AP untuk bereaksi terhadap pernyataan HRW. Namun Departemen Luar Negeri di Manila mengatakan Duterte belum menanggapi tawaran Trump. Ia menambahkan bahwa undangan resmi AS akan memulai pengaturan diplomatik untuk perjalanan AS yang mungkin dilakukan oleh Duterte.
"Jika Duterte menerima, perjalanan bisa segera terjadi karena topik yang mendesak," juru bicara departemen Robespierre Bolivar mengatakan kepada wartawan.
Keyword : Amerika Serikat Donald Trump Rodrigo Duterte