Hanya dalam Empat Bulan Satu Juta Orang Mengungsi di Somalia

Kamis, 25/05/2023 06:54 WIB

JAKARTA, Jurnas.com - Lebih dari satu juta warga Somalia telah mengungsi di negara mereka sendiri hanya dalam waktu empat bulan melalui campuran kekeringan, konflik dan banjir yang "beracun".

Badan pengungsi PBB UNHCR dan Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mengatakan, sekitar 433.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka antara 1 Januari dan 10 Mei ketika pemberontakan Islamis berkecamuk dan bentrokan pecah di wilayah Somaliland yang memisahkan diri.

"Selain itu, lebih dari 408.000 orang mengungsi akibat banjir yang melanda desa mereka dan 312.000 orang lainnya mengungsi akibat kekeringan yang melanda," kata mereka dalam pernyataan bersama.

Somalia dan tetangganya di Tanduk Afrika termasuk Ethiopia dan Kenya telah menderita kekeringan terburuk dalam empat dekade setelah lima musim hujan gagal yang menyebabkan jutaan orang membutuhkan dan menghancurkan tanaman dan ternak.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dan pemerintah dunia bertemu di New York pada hari Rabu di sebuah konferensi untuk mencari dana sebesar $7 miliar untuk membantu mereka yang membutuhkan di seluruh wilayah.

Sedikitnya 43,3 juta orang membutuhkan bantuan penyelamat dan penopang hidup di Tanduk Afrika, kata badan kemanusiaan PBB OCHA pekan lalu.

Menurut UNHCR dan NRC, jumlah orang yang terlantar di dalam perbatasan Somalia sekarang mencapai 3,8 juta, dengan 6,7 juta orang berjuang untuk mendapatkan makanan. Lebih dari setengah juta anak mengalami kekurangan gizi parah.

"Ini adalah angka yang mengkhawatirkan dari beberapa orang yang paling rentan yang terpaksa meninggalkan sedikit yang harus mereka tuju untuk hal yang tidak diketahui," kata Mohamed Abdi, direktur negara NRC di Somalia.

"Kita hanya bisa takut pada yang terburuk dalam beberapa bulan mendatang karena semua unsur bencana ini mendidih di Somalia."

Sebagian besar keluarga telah melarikan diri dari wilayah Hiraan di Somalia tengah dan Gedo di selatan negara berpenduduk 17 juta orang itu dan tiba di daerah perkotaan yang penuh sesak, membebani sumber daya yang sudah terbengkalai.

"Badan-badan tersebut menyerukan investasi mendesak dan lebih besar untuk memerangi krisis jika tidak, kita tidak akan pernah melihat akhir dari tragedi kemanusiaan yang sedang berlangsung ini," kata Prwakilan UNHCR di Somalia, Magatte Guisse.

Saat ini, lembaga bantuan hanya menerima 22 persen dana untuk memenuhi kebutuhan mereka di Somalia tahun ini.

Jihadis Al-Shabaab yang terkait Al-Qaeda telah memerangi pemerintah pusat yang rapuh sejak 2007 dan menguasai bagian-bagian pedesaan dari mana mereka telah melakukan banyak serangan baik di Somalia maupun di negara-negara tetangga.

Sementara itu banjir bandang telah melanda Somalia tengah sejak Mei setelah hujan lebat menyebabkan air memancar ke rumah-rumah di kota Beledweyne di Hiraan, menenggelamkan jalan dan bangunan serta menewaskan 22 orang.

Tanduk Afrika telah dilukai oleh konflik bersenjata yang berkepanjangan dan bencana iklim dengan peringatan Program Pangan Dunia (WFP) pada hari Rabu bahwa krisis masih jauh dari selesai.

"Tiga tahun terakhir kekeringan telah menyebabkan lebih dari 23 juta orang di seluruh bagian Ethiopia, Kenya, dan Somalia menghadapi kelaparan yang parah," kata WFP dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa perlu waktu bertahun-tahun bagi kawasan itu untuk pulih.

OCHA mengatakan pekan lalu bahwa sementara kelaparan "telah dicegah" di wilayah itu, keadaan darurat kemanusiaan belum berakhir.

Sumber: AFP

TERKINI
Taylor Swift Sedih Tinggalkan Pacar dan Teman-temannya untuk Eras Tour di Eropa Album Beyonce Cowboy Carter Disebut Layak Jadi Album Terbaik Grammy 2025 Ryan Gosling Bikin Aksi Kejutan ala Stuntman The Fall Guy di Universal Studios Dwayne Johnson Senang Jadi Maui Lagi di Moana 2