Selasa, 07/02/2017 11:43 WIB
Jakarta - Kelompok ilmuwan internasional menepis anggapan yang menyebut bahwa letusan Gunung Samalas di Lombok pada 1257, sebagai penyebab perubahan suhu dingin dan kelaparan yang sempat mendera Eropa. Kesimpulan ini didapati setelah ilmuwan mencermati catatan-catatan abad pertengahan dan cincin-cincin pertumbuhan pada pepohonan di beberapa kota di Eropa dan Siberia.
“Kami menolak klaim tersebut,” demikian pernyataan dari Universitas Federal Siberia kepada awak media.
Ilmuwan mengungkapkan bahwa klaim Gunung Samalas sebagai penyebab pendinginan dan kelaparan di Eropa merupakan hal kecil yang dibesar-besarkan. Sebab meletusnya Gunung Samalas disinyalir bersamaan dengan tren penurunan suhu di Eropa.
“Eropa Barat, Siberia, dan Jepang mengalami pendinginan yang begitu kuat. Sebaliknya, Alaska dan Kanada utara menjadi lebih hangat. Dari arsip yang kami dapatkan bahwa kelaparan sudah terjadi sebelum letusan,” sambung Vladimir dari Universitas Federal Siberia dikutip dari TASS.
Status Waspada Meningkat Jadi Darurat Usai Gunung Berapi Islandia Meletus Lagi
Status Waspada Meningkat Jadi Darurat Usai Gunung Berapi Islandia Meletus Lagi
Manila Dilanda Kabut Asap dan Gas Vulkanik Gunung Berapi, Sekolah Ditutup
Pada 1257 silam, Indonesia memiliki letusan gunung berapi yang lebih dahsyat daripada Tambora tahun 1815 dan Krakatau tahun 1883, yaitu letusan Gunung Samalas. Asap hasil letusan yang termasuk kategori ‘ledakan terhebat’ tersebut membumbung setinggi 40 kilometer serta diyakini menyebabkan pendinginan dan kelaparan di Eropa.
Keyword : Sains Gunung Samalas Gunung Berapi