Negara anggota OPEC harus mematuhi pedoman produksi yang disepakati atau berisiko kembali ke kekacauan pasar April, ketika beberapa harga minyak mencapai titik terendah sepanjang masa.
Arab Saudi berjanji untuk meningkatkan produksi karena perang harga minyak mengguncang industri energi global setelah berakhirnya perjanjian pasokan dengan anggota OPEC lainnya.
Kesepakan ini merupakan upaya untuk membendung harga yang telah di bawah tekanan dari cadangan yang melimpah dan pertumbuhan ekonomi global yang melemah.
Desember lalu, negara-negara anggota sudah sepakat untuk memotong 1,2 juta barel per hari (bph) yang diperpanjang pada pertemuan terakhir OPEC pada Juli.
Iran adalah satu-satunya negara OPEC utama yang belum berbicara secara terbuka tentang perlunya memperpanjang pengurangan produksi.
Karena itu dia menjamin tidak akan ada kekurangan minyak, apalagi persediaan Amerika Serikat (AS) masih kuat.
Abdul Mahdi bertandang ke Riyadh dengan delegasi yang cukup besar, termasuk pejabat dan pengusaha, dengan perdagangan dianggap sebagai fokus utama dari diskusi antara dua produsen minyak terbesar OPEC.
Hal itu menyusul laporan menunjukkan ada kenaikan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS), dan sanksi minyak Venezuela.
Pemasukan dari kampanye anti korupsi sebanyak 50 miliar riyal Saudi atau USD13,3 miliar pada 2018 dan akan lebih banyak pada 2019.
AS berupaya ikut ikut campur dalam urusan OPEC dan upaya mengganggu keseimbangan pasokan minyak