China juga memasukkan para anggota Partai Komunis China ke rumah para warga Uighur.

Entitas yang masuk daftar hitam termasuk perusahaan seperti Dahua Technology, Hikvision dan Megvii Technology yang memproduksi peralatan dan teknologi pengawasan video untuk mengidentifikasi individu melalui pengenalan wajah.

Kampanye represif China di Xinjiang bukan tentang terorisme, tetapi untuk menghapus kepercayaan dan budaya Muslim warganya sendiri.

HRW mengatakan, Beijing mengumpulkan "sampel DNA, sidik jari, pemindaian iris dan golongan darah dari semua penduduk antara usia 12 dan 65" serta sampel suara.

Para pemimpin dari Masyarakat Muslim Cendekiawan Muslim Timur Turkistan (SMSET) yang berbasis di Turki menuduh Beijing terlibat dalam pelanggaran HAM sistematis terhadap warga Uighur.

Para demonstran meneriakkan slogan-slogan seperti "Kebebasan untuk Turkestan Timur", "Kebebasan untuk Uyghur", dan "Berhenti membunuh orang-orang Uyghur".

Beijing di wilayah tersebut memberikan pendidikan kepada para teroris.

Sebanyak 278 sarjana dari berbagai disiplin ilmu dari puluhan negara menyerukan China untuk membebaskan etnis Uighur.