Selasa, 16/04/2024 19:41 WIB

Menko Luhut Sebut Food Estate Kesempatan Emas Indonesia

Proyek food estate yang sedang digarap pemerintah saat ini merupakan kesempatan emas Indonesia mewujudkan modernisasi pertanian.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI Luhut B. Pandjaitan saat mengunjungi Balai Besar Pengembangan Mekansiasi Pertanian (BBP Mektan), Serpong, Rabu (27/1)

Serpong, Jurnas.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI Luhut B. Pandjaitan mengatakan, proyek food estate yang sedang digarap pemerintah saat ini merupakan kesempatan emas Indonesia mewujudkan modernisasi pertanian.

"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pertanian kita ke depannya harus terintegrasi. food estate adalah golden opportunity kita untuk bisa mulai membangun pertanian maju dan modern," kata Luhut saat mengunjungi Balai Besar Pengembangan Mekansiasi Pertanian (BBP Mektan), Serpong, Rabu (27/1)

Pemerintah saat ini sedang membangun food estate di Kabupaten Pulang Pisau dan Kapuas, Kalimantan Tengah, serta Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, pengembangan food estate juga diarahkan sebagai model bisnis pertanian yang terintegrasi.

Luhut mengatakan mendukung sinergi yang dibangun Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) maupun lembaga-lembaga lainnya dalam pengembangan riset pertanian maupun rekayasa alat dan mesin pertanian (alsintan).

"Tidak ada yang bisa dikerjakan sendiri. Kita harus bekerja sama dalam wujudkan pertanian modern," Luhut.

Menurut Luhut, modernisasi pertanian bisa terus ditingkatkan dengan tiga pengungkit utama, yaitu bibit, pupuk, serta alat dan alsintan. Karena itu, dia berharap Kementan bisa terus mendorong pengembangan varietas benih unggul serta distribusi pupuk sehingga bisa tepat sasaran.

Khusus untuk alsintan, Luhut menilai mekanisasi memang harus dimasifkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Teknologi alsintan seperti drone, water drip irrigation, dan transplanter diharapkan bisa mendukung pertanian modern yang lebih terintegrasi.

"Sebutlah kita punya lahan 7,5 juta hektare. Alsintan cukup kita masifkan separuhnya saja. Bayangkan berapa peningkatan produktivitas yang bisa kita hasilkan. Jangan impor-impor lagi. Kita bahkan bisa ekspor," ujar dia.

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementan memang sedang fokus dalam meningkatkan penggunaan alsintan oleh petani di lapangan guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan produksi.

"Penggunaan alsintan bisa menekan angka losses(susut hasil, Red) hingga di bawah 3-5 persen. Kalau kita mau tingkatkan produktivitas berbagai komoditas strategis kita, mulai dari padi, kedelai, hingga gula, maka mekanisasi pertanian harus menjadi bagian penting dari program kita," terang Syahrul.

Berdasarkan data kajian Kementan, mekanisasi terbukti dapat mengurangi susut dan meningkatkan mutu hasil pertanian. Misalnya, susut hasil panen padi secara manual sebesar kurang lebih 9,4 persen. Tapi penggunaan alsintan yang mengurangi sehingga berada di kisaran 3 persen.

Karena itu, Syahrul mengatakan, peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) juga perlu diberikan akses untuk terlibat dalam pengembangan setiap tahapan pembangunan pertanian, dari hulu hingga ke hilir.

"Kita bisa siapkan (teknologi) itu, saya yakin sekali. Saya dan kawan-kawan siap kerja di lapangan," kata Syahrul.

Kunjungan ke BBP Mektan kali ini merupakan bagian dari upaya memastikan kesiapan rekayasa dan manufaktur alsintan nasional guna mendukung pengembangan program food estate.

BBP Mektan yang berada di bawah Kementerian Pertanian memiliki tugas melaksanakan penelitian, perekayasaan, pengembangan mekanisasi pertanian, standarisasi, serta pengujian alat dan mesin pertanian.

KEYWORD :

Luhut B. Pandjaitan Food Estate Mektan Serpong Syahrul Yasin Limpo Kementan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :