Kamis, 18/04/2024 17:37 WIB

Jokowi: Pembangunan Pertanian Sudah Tidak Mungkin Dilakukan Secara Konvensional

Problem dari dulu hingga sekarang mengapa petani enggan menanam komoditas yang masih impor bukan karena persoalan tidak cocok dengan lahan, melaikan produkisnya kalah saing harga impor.

Presiden Joko Widodo saat meresmikan Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2021 di Istana Negara, Senin 11 Januari 2020. (Foto: Tangkap layar/ Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa pembangunan pertanian kedepananya tidak mungkin lagi dilakukan dengan cara konvensional.

"Menurut saya, tidak bisa kita melakukan hal-hal yang konvensional yang rutinitas monoton seperti yang kita lakukan bertahuan-tahun. Kita harus membangun kawasan yang economic scale, nggak bisa kecil-kecil lagi," ujar Jokowi  saat memberikan sambutan pada Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (11/1).

Alasan itulah, lanjut Jokowi, mengapa dirinya terus mendorong agar proyek food estate (lumbung pangan) bisa selesai tahun ini, minimal di Sumatera Utara dan Kalimantn Tengah.

"Kita mau evaluasi, problemnya apa, masalah lapangannya apa, teknologinya yang kurang apa dan juga cara-cara teknologi di food estate bukan cara konvensional karena ini nanti akan menjadi contoh. Kalau ini benar bisa dijadikan contoh, semua provinsi datang copy aja," ujar Jokowi.

"Tapi memang dalam skala luas, economic scale, karena percuman kita berproduksi tapi sedikit, tidak ngaruh apa-apa terhadap komoditas impor-impor kita," kata Jokowi lagi.

Menurut Jokowi, problem dari dulu hingga sekarang mengapa petani enggan menanam komoditas yang masih impor bukan karena persoalan tidak ada kecocokan dengan lahan, akan tetapi produksinya kalah saing dengan harga impor.

"Kedelai yang bisa tumbuh di Indonesia dengan baik kenapa petani kita tidak mau tanam, karena harganya kalah dengan kedelai impor. Kalau petani disuruh menjual dengan harga impor ini harga pokok produksinya nggak nutup, sehingga harus dalam jumlah yang besar agar harganya bisa malawan harga impor," sambungnya.

"Kenapa dulu kita produksi bawang putih banyak dan sekarang petani tidak mau tanam bawan putih, karena harganya kalah dengan bawang putih impor. Wonosobo bawang putihnya banyak. NTB bawang putihnya banyak kenapa tidak diperluas dalam jumlah besar, sehingga bisa melawan harga impor," sambungnya.

Karena itu, Jokowi menekan bahwa komoditas pertanian harus dibangun dalam sebuh lahan dengan skala luas. Sebab dengan begitu,  komoditas dalam negeri bisa bersaing dengan harga komoditas impor.

"Lahan kita masih. Cari lahan yang cocok kedelai, jangan hanya 1 hektare, 2 hektare 10 hektare, tapi 100 ribu haktare, 300 ribu hektare 500 hektare 1 juta hektare. Urusan jagung, cari lahan-lahan yang bisa ditanami jangung dalam skala yang luas," kata Jokowi.

"Ini yang akan menyelesaikan masalah. Kalau kita hanya rutiniatas urusan pupuk dan bibit itu penting, saya tahu. Tapi kalau bisa menyiapkan lahan dalam besar itu yang akan menyelesaikan masalah," sambungnya.

KEYWORD :

Raker Kementan 2020 Joko Widodo Syahrul Yasin Limpo impor pangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :