Sabtu, 20/04/2024 17:02 WIB

Ada Indikasi Kerja Paksa, AS Larang Impor Minyak Sawit dari Sime Darby Malaysia

Hasil penyelidikan pelanggaran terhadap pekerja yang termasuk kekerasan fisik dan seksual, pembatasan pergerakan, intimidasi dan ancaman, jeratan hutang, pemotongan gaji dan kerja lembur yang berlebihan.

Kelapa sawit (Foto: Ist)

Washington, Jurnas.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) melarang impor minyak sawit dari perusahaan Malaysia Sime Darby Plantation dan anak perusahaan lokalnya, usaha patungan dan afiliasinya atas tuduhan kerja paksa dalam proses produksi.

Direktur Ekseskutif Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS, Ana Hinojosa mengatakan, larangan tersebut mengikuti penyelidikan intensif selama berbulan-bulan oleh Kantor Perdagangan CBP.

Hinojosa mengatakan, hasil penyelidikan pelanggaran terhadap pekerja yang termasuk kekerasan fisik dan seksual, pembatasan pergerakan, intimidasi dan ancaman, jeratan hutang, pemotongan gaji dan kerja lembur yang berlebihan.

"Para importir harus tahu bahwa ada risiko reputasi, keuangan dan hukum yang terkait dengan mengimpor barang-barang yang dilakukan oleh kerja paksa ke Amerika Serikat," kata Hinojosa dalam konferensi pers telepon, seperti dilansir dari Reuters.

Perintah itu diumumkan hanya tiga bulan setelah pemerintah federal memberlakukan larangan yang sama terhadap raksasa minyak sawit Malaysia lainnya, FGV Holdings, perusahaan minyak sawit pertama yang menjadi sasaran Bea Cukai karena kekhawatiran tentang kerja paksa.

Larangan tersebut, dipicu petisi yang diajukan kelompok nirlaba dan firma hukum, terjadi setelah penyelidikan mendalam The Associated Press (AP) terhadap pelanggaran ketenagakerjaan di perkebunan di Malaysia dan tetanggaNYA Indonesia, yang bersama-sama menghasilkan sekitar 85 persen pasokan US $ 65 miliar dari minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia.

Minyak sawit dapat ditemukan di sekitar setengah produk di rak supermarket dan di sebagian besar merek kosmetik. Ada di cat, kayu lapis, pestisida, pakan ternak, biofuel, dan bahkan pembersih tangan.

AP mewawancarai lebih dari 130 pekerja dan mantan pekerja dari puluhan perusahaan minyak sawit, termasuk Sime Darby. Dari sana ditemukan kasus pemerkosaan dan pekerja anak hingga perdagangan manusia dan perbudakan langsung di perkebunan di kedua negara.

Sime Darby, yang tidak segera berkomentar, memiliki perkebunan kelapa sawit seluas hampir 1,5 juta hektar, menjadikannya salah satu produsen terbesar di Malaysia.

Perusahaan ini memasok ke beberapa nama terbesar dalam bisnis, dari Cargill hingga Nestle, Unilever dan L`Óreal, menurut daftar pemasok dan pabrik minyak sawit yang diterbitkan perusahaan baru-baru ini.

Hinojosa mengatakan keputusan badan tersebut untuk mengeluarkan larangan harus mengirimkan pesan "tidak ambigu" kepada komunitas perdagangan.

"Konsumen memiliki hak untuk mengetahui dari mana asal minyak sawit dan kondisi di mana minyak sawit itu diproduksi dan produk apa yang akan dihasilkan minyak sawit tersebut," katanya.

Pengumuman tersebut menandai ke-14 kalinya tahun ini Bea Cukai mengeluarkan perintah menahan pengiriman dari berbagai sektor menyusul investigasi serupa terhadap kerja paksa. Mereka termasuk makanan laut dan kapas, bersama dengan potongan rambut manusia yang diyakini dibuat oleh Muslim Uighur yang dianiaya di kamp kerja paksa China.

Berdasarkan perintah Rabu, produk minyak sawit atau turunannya yang dapat dilacak ke Sime Darby akan ditahan di pelabuhan AS. Kiriman dapat diekspor jika perusahaan tidak dapat membuktikan bahwa barang tersebut tidak diproduksi dengan kerja paksa.

KEYWORD :

Hasil Kerja Paksa Perkebunan Sawit Malaysia Ana Hinojosa Malaysia Sime Darby Plantation




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :