Sabtu, 20/04/2024 15:42 WIB

IRC: Yaman Paling Berisiko Bencana Kemanusiaan Tahun 2021

Daftar pantauan IRC untuk 2021, peringkat dari satu sampai 10, terdiri dari, Yaman, Afganistan, Suriah, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Burkina Faso, Sudan Selatan, Nigeria, Venezuela dan Mozambik.

Ilustrasi pengungsi Yaman

Sana`a, Jurnas.com - Komite Penyelamatan Internasional (IRC) memperingatakan, Yaman adalah negara yang paling berisiko mengalami bencana kemanusiaan pada tahun 2021.

"Konflik yang berlanjut, kelaparan yang meluas dan tanggapan bantuan internasional yang runtuh mengancam secara dramatis memperburuk krisis saat ini di Yaman tahun depan," kata IRC pada Rabu (16/12).

Direktur badan bantuan untuk Yaman, Tamuna Sabadze, mengatakan dukungan sangat penting, sekarang lebih dari sebelumnya. Karena itu, dia menyerukan aktor internal, regional dan global untuk mengakhiri konflik.

"Tanpa ini, banyak hal tidak akan berubah di Yaman; warga sipil Yaman benar-benar tidak akan memiliki masa depan dan harapan," ujar Sabadze dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera.

"Dua puluh empat juta orang membutuhkan semacam bantuan kemanusiaan, baik itu makanan, perlindungan, layanan kesehatan, atau pendidikan. Mayoritas negara sangat membutuhkan PBB dan pendanaan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari mereka," sambungnya.

Daftar pantauan IRC untuk 2021, peringkat dari satu sampai 10, terdiri dari, Yaman, Afganistan, Suriah, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Burkina Faso, Sudan Selatan, Nigeria, Venezuela dan Mozambik.

Sepuluh negara lainnya juga ada dalam daftar tetapi tidak memiliki peringkat dalam hal gravitasi, seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Chad, Kolumbia, Libanon, Mali, Niger, Palestina, Somalia dan Sudan.

Wakil koordinator nutrisi IRC, Abeer Fowzi mengatakan, dalam menghadapi ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, dunia telah meninggalkan Yaman.

"Belum pernah orang Yaman menghadapi begitu sedikit dukungan dari komunitas internasional - atau begitu banyak tantangan secara bersamaan," ujarnya.

Dukungan keuangan untuk negara itu mengering. Kepala kemanusiaan PBB, Mark Lowcock memperingatakan pada November, Yaman telah menerima kurang dari setengah dari dana darurat yang dibutuhkannya tahun ini.

Lowcock mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa banding tahun 2020 untuk Yaman hanya menerima sumbangan sekitar $ 1,5 miliar hingga saat ini, sekitar 45 persen dari $ 3,4 miliar yang dibutuhkan. Pada saat ini tahun lalu telah menerima hampir $ 3 miliar.

Menurut PBB, 80 persen dari 30 juta orang Yaman membutuhkan beberapa bentuk bantuan atau perlindungan. Sekitar 13,5 juta orang Yaman saat ini menghadapi kerawanan pangan akut, termasuk 16.500 orang yang hidup dalam kondisi seperti kelaparan, data PBB menunjukkan.

Pada tahun 2014, kelompok pemberontak Houthi yang berpihak pada Iran merebut sebagian besar negara itu, termasuk Sanaa.

Perang meningkat pada Maret 2015, ketika koalisi militer pimpinan Arab Saudi turun tangan dalam upaya untuk memulihkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung Riyadh. Koalisi tersebut dibantu beberapa kekuatan Barat, termasuk Amerika Serikat (AS).

Kedua belah pihak sejak itu dituduh melakukan kejahatan perang selama pertempuran yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang hingga saat ini, menurut proyek Lokasi Konflik Bersenjata dan Data Peristiwa.

Pembicaraan damai yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik telah terhenti sejak akhir 2018, meskipun para pejabat PBB telah berulang kali berupaya menghidupkan kembali negosiasi dan mengakhiri apa yang disebutnya sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

KEYWORD :

Kondisi Yaman Yaman Mengerikan Yaman Kelaparan Amerika Serikat Arab Saudi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :