Jum'at, 26/04/2024 23:26 WIB

Ilmuwan Dibunuh, Warga Iran Tuntut Pembalasan Dendam

Seruan untuk membalas dendam atas pembunuhan ilmuwan nuklir top Iran semakin keras dengan serangkaian demonstrasi yang diadakan di seluruh negeri

Mahasiswa pasukan paramiliter Basij Iran mengangkat spanduk anti-AS dan anti-Israel selama unjuk rasa di depan kementerian luar negeri di Teheran, pada 28 November 2020, untuk memprotes pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh [ATTA KENARE / AFP

Jakarta, Jurnas.com - Seruan untuk membalas dendam atas pembunuhan ilmuwan nuklir top Iran semakin keras dengan serangkaian demonstrasi yang diadakan di seluruh negeri, termasuk di ibu kota negara tersebut.

Para pengunjuk rasa di Teheran yang menantang cuaca dingin dan hujan lebat muncul di depan Parlemen, kantor presiden dan Dewan Keamanan Nasional untuk menyerukan tanggapan tegas dari Pemerintah.

Seruan itu juga datang dari pejabat tinggi politik dan militer, yang telah bersumpah akan "memberikan tanggapan yang kuat" atas pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh.

Pada hari Minggu, Parlemen Iran mengadakan sesi tertutup untuk membahas pembunuhan ilmuwan tersebut dan meminta penjelasan rinci dari menteri intelijen.

Pertemuan itu menyetujui rencana aksi strategis untuk mengurangi kerja sama dengan badan nuklir PBB dalam menanggapi pembunuhan itu.

Fakhrizadeh, yang mengepalai divisi penelitian dan inovasi di Kementerian Pertahanan Iran, dibunuh oleh penyerang tak dikenal di pinggiran ibu kota Teheran pada hari Jumat.

Dia adalah ilmuwan nuklir Iran kelima yang tewas sejak 2010. Seperti pada kesempatan sebelumnya, Iran melihat tangan musuh bebuyutan Israel di balik pembunuhan yang telah menyulut kembali ketegangan.

Pada hari Minggu, parlemen menyetujui RUU urgensi ganda di mana implementasi sukarela dari Protokol Tambahan untuk Perjanjian Non Proliferasi (NPT) akan dipertimbangkan kembali dan syarat kerjasama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan berubah juga.

Langkah itu juga dapat mempengaruhi masa depan kesepakatan nuklir Iran yang ditandatangani antara Teheran dan kekuatan dunia pada 2015. AS menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 tetapi pemerintahan Biden yang baru datang telah menunjukkan minat untuk kembali ke kesepakatan itu.

Berbicara di sela-sela sesi, Ketua Mohammad Baqer Qalibaf, membuat kasus untuk pembalasan, mengatakan "musuh tidak akan menyesali tindakan kecuali dengan reaksi keras dari Iran".

Ia mengatakan pembunuhan itu harus diubah menjadi sebuah "kesempatan" untuk menjadi lebih kuat di bidang keamanan dan nuklir dan menekankan bahwa pemerintah di Teheran tidak boleh "mengirimkan sinyal lemah".

Pernyataan Qalibaf ditujukan kepada pemerintah yang dipimpin Hassan Rouhani yang tampaknya melihat opsi `pembalasan militer` tidak dapat dilakukan pada saat ini.

Sebelumnya, Wakil Ketua Syed Amir Hossein Ghazizadeh juga mengkritik Kementerian Luar Negeri karena kelemahan dalam membangun konsensus karena tidak ada negara Eropa atau Demokrat AS yang mengutuk pembunuhan ilmuwan.

KEYWORD :

Ilmuwan Nuklir Balas Dendam Warga Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :