Sabtu, 20/04/2024 07:58 WIB

Empat Orang Teluka Ledakan Bom pada Peringatan Perang Dunia I di Jeddah

Prancis mendesak warganya di kerajaan untuk waspada maksimal di tengah ketegangan yang meningkat setelah seorang penyerang memenggal kepala seorang guru sekolah menengah Prancis yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas.

Teror Bom Molotov (ilustrasi)

Riyadh, Jurnas.com - Beberapa orang terluka ketika sebuah alat peledak menghantam upacara memperingati akhir Perang Dunia I di sebuah pemakaman di kota Jeddah, Arab Saudi pada Rabu (11/11).

Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan beberapa negara memiliki perwakilan pada peringatan yang dihadiri oleh para diplomat Eropa.

"Upacara tahunan untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia I di pemakaman non-Muslim di Jeddah, dihadiri beberapa konsulat, termasuk dari Prancis, menjadi sasaran serangan IED (alat peledak improvisasi) pagi ini, yang melukai beberapa orang," Kata kementerian itu.

Ledakan itu dikonfirmasi oleh seorang pejabat dari Yunani yang menolak disebutkan namanya.

"Ada semacam ledakan di pemakaman non-Muslim di Jeddah. Ada empat orang terluka ringan, di antaranya satu orang Yunani," kata pejabat itu tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Prancis mendesak warganya di kerajaan untuk waspada maksimal di tengah ketegangan yang meningkat setelah seorang penyerang memenggal kepala seorang guru sekolah menengah Prancis yang menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelas.

"Secara khusus, lakukan kebijaksanaan dan jauhi semua pertemuan dan berhati-hatilah saat bergerak," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Prancis, yang diedarkan kepada penduduk Prancis di Jeddah.

Pejabat Arab Saudi belum mengomentari serangan itu dan media pemerintah Saudi tidak melaporkannya. Raja Salman juga dijadwalkan menyampaikan pidato tahunan kepada negara itu pada Rabu (11/11), memaparkan prioritas kebijakan untuk tahun mendatang.

Ledakan Rabu (11/11) terjadi ketika Presiden Prancis, Emmanuel Macron, sasaran kemarahan di sebagian besar dunia Muslim karena berjanji membela komentar dan gambar yang meremehkan Islam setelah serentetan serangan  menghadiri upacara peringatan Perang Dunia I di Paris.

Beberapa negara memperingati 102 tahun gencatan senjata yang ditandatangani Jerman dan negara-negara Sekutu untuk mengakhiri perang 1914-1918.

Macron dengan gigih membela hak untuk menerbitkan kartun yang dipandang sangat menyinggung Muslim, termasuk karikatur Nabi Muhammad yang dicetak oleh majalah satir Charlie Hebdo.

Kartun yang sama diperlihatkan guru sejarah Prancis Samuel Paty kepada murid-muridnya di kelas tentang kebebasan berbicara, yang menyebabkan dia dipenggal di luar Paris pada 16 Oktober menyusul kampanye online oleh orang tua yang marah atas pilihan materi pelajarannya.

Sikap Macron membuat marah banyak Muslim, memicu protes marah di beberapa negara dan kampanye untuk memboikot produk Prancis.

Bulan lalu, seorang warga Saudi dengan pisau melukai seorang penjaga di konsulat Prancis di Jeddah pada hari yang sama ketika seorang pria bersenjatakan pisau membunuh tiga orang di sebuah gereja di Nice di Prancis selatan.

Arab Saudi, rumah bagi situs-situs paling suci Islam telah mengkritik kartun tersebut tetapi "dengan keras" mengutuk serangan bulan lalu di Nice.

 

Pada Selasa (10/11), Macron menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin Eropa untuk merencanakan pendekatan bersama untuk memerangi apa yang disebutnya "radikalisme Islam" setelah empat orang tewas dalam baku tembak di jantung kota Wina pekan lalu. (Aljazeera)

KEYWORD :

Arab Saudi Perang Dunia I Prancis Emmanuel Macron




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :