Sabtu, 20/04/2024 04:10 WIB

Bayi AS yang Lahir di Yerusalem Diberi Paspor Israel

Langkah itu dilakukan sehari setelah AS mengubah perjanjian sains yang ditandatangani dengan Israel untuk mendaftar ke institusi di Tepi Barat.

Bendera Israel berkibar di depan masjid Kubah Batu dekat kompleks masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, pada 24 Agustus 2020 [AHMAD GHARABLI / AFP

Yerusalem, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) akan mengizinkan warga Amerika yang lahir di Yerusalem untuk mencantumkan Israel sebagai tempat lahir mereka di paspor dan dokumen lainnya. Demikian kebijakan baru yang diumumkan Kamis (Jumat waktu setempat).

Langkah itu dilakukan sehari setelah AS mengubah perjanjian sains yang ditandatangani dengan Israel untuk mendaftar ke institusi di Tepi Barat.

Perubahan tersebut, yang diberlakukan beberapa hari sebelum pemilihan AS, tampaknya ditujukan untuk menopang dukungan dari orang Kristen evangelis dan pendukung Israel lainnya.

Diketahui pemerintahan Presiden Donald Trump melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada 2017, dan kemudian memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Israel merebut Yerusalem timur dalam perang Timur Tengah 1967 bersama dengan Tepi Barat, yang sebelumnya merupakan wilayah Palestina. Israel menganggap seluruh kota sebagai ibu kota "bersatu, abadi", sementara Palestina menginginkan ibu kota tersendiri di Yerusalem timur.

Dikutip dari Mainichi pada Jumat (30/10), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kebijakan paspor baru tersebut sejalan dengan keputusan untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Warga Amerika kelahiran Yerusalem akan dapat menentukan "Israel" atau "Yerusalem" sebagai tempat lahir mereka di paspor dan dokumen resmi.

Mereka yang tidak menyebutkan tempat lahirnya akan terdaftar sebagai lahir di Yerusalem.

Nabil Abu Rdeneh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengutuk tindakan itu, menyebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional."

Trump telah mengambil serangkaian langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendukung Israel dan mengisolasi Palestina. Dia merilis rencana untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah pada Januari yang sangat menguntungkan Israel dan segera ditolak oleh Palestina.

Namun, pemerintahannya telah berhasil meningkatkan hubungan antara Israel dan negara-negara Arab lainnya. Dalam beberapa pekan terakhir, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan telah sepakat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, memberi Trump serangkaian pencapaian kebijakan luar negeri menjelang pemungutan suara.

Sebagai imbalannya, Uni Emirat Arab berharap untuk membeli senjata canggih AS, termasuk jet tempur siluman F-35, dan Sudan akan dihapus dari daftar negara sponsor terorisme AS, yang akan memungkinkannya menerima bantuan luar negeri yang sangat dibutuhkan.

Israel mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya mencabut keberatannya terhadap penjualan senjata canggih ke UEA, setelah Pentagon memberikan jaminan akan mempertahankan keunggulan militer Israel di wilayah tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berulang kali menegaskan bahwa perjanjian untuk menjalin hubungan dengan UEA sama dengan "perdamaian untuk perdamaian", dan bahwa kesepakatan senjata bukan bagian dari hal tersebut.

Tetapi pejabat Emirat telah mengindikasikan ada pemahaman tentang masalah ini, dan Presiden Donald Trump mengatakan AS sedang mempertimbangkan permintaan Emirat untuk pesawat tersebut.

KEYWORD :

Amerika Serikat Israel Bayi AS




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :