Jum'at, 26/04/2024 17:31 WIB

Bamsoet Ajak Generasi Muda Terlibat Penguatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Yang menjadi tantangan adalah, apakah bonus demografi ini nantinya akan dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pembangunan, atau malah menjadi kemubaziran, bahkan menjadi beban.

Ketua MPR Bambang Soesatyo. (Foto: MPR)

Bali, Jurnas.com - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengingatkan bahwa saat ini bangsa Indonesia sudah menapakan kaki pada masa bonus demografi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 jumlah pemuda Indonesia sekitar 64,19 juta jiwa. Ini bukanlah angka yang sedikit, melainkan merepresentasikan sekitar seperempat dari total jumlah penduduk Indonesia.

"Yang menjadi tantangan adalah, apakah bonus demografi ini nantinya akan dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan pembangunan, atau malah menjadi kemubaziran, bahkan menjadi beban. Nilai kemanfaatan bonus demografi hanya dapat dioptimalkan apabila terpenuhi dua prasyarat. Pertama, jumlah usia produktif tersebut adalah SDM yang berkualitas. Kedua, adanya ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai dan mampu menyerap tenaga kerja yang berlimpah," ujar Bamsoet dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Pimpinan Nasional Perkumpulan Pemuda Indonesia, secara virtual dari Bali, Rabu (28/10/20).

Turut serta dalam sosialisasi ini Ketua Nasional Perkumpulan Pemuda Indonesia Natalis Situmorang, Ketua Nasional Perkumpulan Pemuda Indonesia Angga Busra Lesmana, pengurus Perkumpulan Pemuda Indonesia dan Panitia Pekan Pemuda Nasional.

Bamsoet menilai, tidak ada salahnya bercermin pada pengalaman negara-negara yang telah mengalami periode bonus demografi. Korea Selatan, Tiongkok dan Jepang adalah negara-negara yang sukses melalui fase bonus demografi.

Korea Selatan mengarahkan industri rumah tangganya membuat komponen handphone, Tiongkok mengarahkan industri rumahan memproduksi komponen elektronik, sedangkan Jepang mengoptimalkan kinerja penduduk usia produktif sehingga tingkat penganggurannya sangat kecil, kurang dari 3 persen.

Namun, lanjut Bamsoet, tidak semua negara bisa sukses memanfaatkan fase bonus demografi. Misalnya Brazil dan Afrika Selatan.

Keterpurukan ekonomi menyebabkan Brazil gagal mempersiapkan diri menyongsong bonus demografi, karena alokasi sumber daya negara banyak tergerus untuk menyediakan jaring pengaman sosial dan pensiun. 

Sementara akses pendidikan yang berkualitas, infrastruktur dan penyediaan lapangan pekerjaan kurang mendapatkan prioritas.

"Sedangkan kegagalan Afrika Selatan memanfaatkan bonus demografi disebabkan kurangnya perhatian pada kualitas pendidikan dan rendahnya tingkat pertumbuhan lapangan perkerjaan. Hasilnya, sekitar 53 persen generasi milenial Afrika menjadi pengangguran," tandas Bamsoet.

Bamsoet menerangkan, setiap tahunnya, rata-rata ada 3 juta penduduk Indonesia yang membutuhkan pekerjaan. Tanpa masuknya investasi, sulit rasanya dunia usaha mampu menampung besarnya tenaga kerja tersebut. Atas dasar itulah, pemerintah bersama DPR RI melahirkan UU Cipta Kerja.

"Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memproyeksikan pada tahun 2021 akan ada 3 juta tenaga kerja yang terserap secara langsung maupun tak langsung oleh investasi yang masuk ke Indonesia sebagai dampak lahirnya UU Cipta Kerja," terang Bamsoet.

Bamsoet menjelaskan, selain tantangan jangka panjang berupa penyediaan lapangan pekerjaan, generasi muda juga dihadapi tantangan jangka pendek berupa pandemi Covid-19.

Masyarakat `dipaksa` melakukan adaptasi baru yang mengubah pola hidup dan aktivitas keseharian, termasuk pada bidang sosial dan ekonomi.

"Dalam situasi dan kondisi tesebut, generasi muda dituntutut berkontribusi pada upaya penguatan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat yang paling terdampak pandemi. Ada banyak cara, salah satunya adalah pemanfaatan kemajuan teknologi untuk membantu program pemerintah dalam penanganan dampak pandemi," jelas Bamsoet.

Misalnya, lanjut Bamsoet, dengan menyediakan sarana sosialisasi pola hidup bersih dan sehat serta kampanye kepatuhan terhadap protokol kesehatan melalui platform media sosial. Cara lainnya bisa dengan melakukan terobosan (inovasi) guna mewujudan efisiensi dan efektifitas penanganan dampak pandemi.

"Generasi muda juga dapat terjun langsung dan berpartisipasi dalam berbagai program penanganan dampak pandemi, misalnya melalui aksi-aksi sosial kemanusiaan. Gerakan pemberdayaan masyarakat juga dapat diwujudkan dengan memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM dan kelompok ekonomi kecil lainya, khususnya dalam hal pembangunan literasi teknologi yang sangat dikuasai generasi muda," pungkas Bamsoet.

KEYWORD :

Kinerja MPR Bambang Soesatyo Demografi Generasi Muda




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :