Rabu, 24/04/2024 17:44 WIB

Badan Intelijen AS: Iran dan Rusia Ikut Campur dalam Pemilu 2020

Pengumuman dua minggu sebelum pemilihan menunjukkan tingkat kewaspadaan di antara para pejabat tinggi AS bahwa aktor asing berusaha merusak kepercayaan AS.

Presiden AS Donald Trump menghadiri Piknik Kongres di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, pada 21 Juni 2019. (Foto: AFP)

Washington, Jurnas.com - Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) John Ratcliffe mengatakan, Rusia dan Iran sama-sama berusaha mengganggu pemilihan presiden AS 2020.

Pengumuman dua minggu sebelum pemilihan menunjukkan tingkat kewaspadaan di antara para pejabat tinggi AS bahwa aktor asing berusaha merusak kepercayaan AS dalam integritas pemungutan suara dan menyebarkan informasi yang salah dalam upaya untuk mempengaruhi hasilnya.

"Kami telah mengkonfirmasi bahwa beberapa informasi pendaftaran pemilih telah diperoleh oleh Iran, dan secara terpisah, oleh Rusia," kata Ratcliffe dalam konferensi pers, yang juga dihadiri Direktur Biro Investigasi Federal (FBI), Chris Wray, Rabu (21/10).

Sebagian besar pendaftaran pemilih itu bersifat publik. Tetapi Ratcliffe mengatakan bahwa pejabat pemerintah melihat Iran mengirim email palsu yang dirancang untuk mengintimidasi para pemilih, menghasut kerusuhan sosial, dan merusak presiden Trump.

Ratcliffe mengacu pada email yang dikirim pada Rabu (21/10) dan dirancang agar terlihat seperti berasal dari kelompok Proud Boys pro-Trump, menurut sumber pemerintah.

Badan intelijen AS sebelumnya memperingatkan bahwa Iran mungkin ikut campur untuk menyakiti Trump dan bahwa Rusia berusaha membantunya dalam pemilihan.

Pakar luar mengatakan bahwa jika Ratcliffe benar, Iran akan berusaha membuat Trump terlihat buruk dengan meminta perhatian pada dukungan dan ancaman oleh kelompok yang terkadang melakukan kekerasan.

Email tersebut sedang diselidiki, dan satu sumber intelijen mengatakan masih belum jelas siapa di belakangnya.

Sumber pemerintah lainnya mengatakan, pejabat AS sedang menyelidiki apakah orang-orang di Iran telah meretas jaringan atau situs web Proud Boys untuk mendistribusikan materi yang mengancam. Sumber ini mengatakan para pejabat AS mencurigai pemerintah Iran terlibat tetapi bukti tetap tidak meyakinkan.

Beberapa dari email itu juga berisi video, yang dibantah oleh para ahli, yang dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana surat suara palsu dapat dikirimkan. Ratcliffe mengatakan klaim itu salah.

Sumber pemerintah kedua mengatakan otoritas AS memiliki bukti bahwa Rusia dan Iran telah mencoba meretas data daftar pemilih di negara-negara tak dikenal.

Tetapi sumber itu menambahkan bahwa karena banyak dari data pemilih tersedia secara komersial, peretasan mungkin ditujukan untuk menghindari pembayaran. (Reuters)

KEYWORD :

Pilpres AS Amerika Serikat Rusia Donald Trump Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :