Sabtu, 20/04/2024 17:53 WIB

Kurangi Susut dan Limbah Pangan, GAIN dan Pemerintah Diskusi Bersama Pakar

GAIN dan pemerintah menggelar webinar

GAIN gelar webinar bertema Mengurangi Susut dan Limbah Pangan di Masa Pandemi Covid-19. (Foto : Jurnas/Ist).

Jakarta, Jurnas.com- September lalu, Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) bersama pemerintah, pemerhati lingkungan nasional dan internasional menggelar webinar bertema `Mengurangi Susut dan Limbah Pangan di Masa Pandemi Covid-19`. Webinar ini digelar guna memperingati Hari Kesadaran Internasional tentang susut dan limbah pangan (International Day Awareness on Food Loss and Waste).
Dalam Webinar ini dibahas sejumlah hal yang berfokus pada peningkatan kesadaran tentang susut dan limbah pangan dari perspektif ketahanan pangan dan gizi. Selain itu, dibahas juga upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat susut dan limbah pangan di Indonesia dan pentingnya data yang lebih andal tentang susut dan limbah pangan aktual di Indonesia.

Acting Country Representative GAIN, Agnes Mallipu dalam kesempatan ini coba menciptakan dialog dan membangun aliansi potensial serta berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan kesadaran dan mengatasi masalah susut dan limbah pangan di berbagai tingkat.

“Kami yakin melalui webinar ini pembelajaran dari dan praktik terbaik di negara lain dan di seluruh dunia dalam mengatasi susut dan limbah pangan dapat mendorong pemangku kepentingan untuk berkampanye lebih lanjut dan mengembangkan kebijakan publik tentang pentingnya mengurangi susut dan limbah pangan dalam meningkatkan gizi anak dan keluarga di Indonesia,” papar Agnes.

Webinar ini juga menghadirkan pakar nasional dan internasional yang mengangkat berbagai isu dan best practice yang telah dilakukan dalam mengurangi susut dan limbah pangan dalam masa pandemi diantaranya, Dr. Lawrence Haddad, Direktur Eksekutif GAIN, Dr. Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Noor Avianto SP, M.Agr, Deputi Direktur Pangan dan Pertanian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Craig Hanson, M.Sc., M.Phil, Direktur Global Institut Sumber Daya Dunia untuk Pangan, Hutan dan Air, World Resource Institute serta Felia Salim, Ahli Keuangan dan Perbankan, Duta Koalisi Pangan dan Penggunaan Lahan (FOLU) dan anggota Dewan GAIN.

Menurut Dr. Lawrence Haddad, salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran mengurangi susut dan limbah pangan adalah dengan menciptakan peluang bisnis yang akan memberikan insentif yang cukup kuat agar pihak produsen tidak melakukan pemborosan terhadap pangan dan produk yang ditanam dan dipanen dengan waktu yang cukup panjang.

“Kita harus membantu pelaku bisnis untuk melaksanakan hal ini, sektor publik memiliki peran yang cukup signifikan untuk membangun infrastruktur yang kuat dan terus menjadi tantangan besar. Karena bisnis di Indonesia cukup dinamis (vibrant) dan terus berkembang pesat, kita akan terus membutuhkan solusi teknologi rantai pendingin berbiaya rendah (low cost cold chain technology solution) untuk mengatasi beberapa tantangan tata ruang dan infrastruktur yang dihadapi di negara ini," tandas Lawrence.

Berbicara soal susut dan limbah pangan dari aspek gizi dan nutrisi, Dr. Dhian Dipo, Direktur Gizi Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan mengatakan, mengurangi susut dan limbah pangan adalah sebuah investasi.

“Ketika kita berbicara tentang makanan seimbang, kita harus tahu apa yang kita makan adalah apa yang kita butuhkan, dan apa yang kita butuhkan tidak bisa berdasarkan pada asumsi "lapar mata", dengan memesan semua makanan yang seharusnya bisa kita makan tetapi pada kenyataan sebenarnya hanya mampu memakan sebagian kecil darinya. Ini kemudian menjadi pemborosan makanan. Apa yang selama ini kami lakukan adalah mengedukasi masyarakat terhadap perubahan perilaku dan menekankan praktik yang baik melalui visualisasi efektif dari makanan seimbang yang dilakukan misalnya melalui inisiatiaf ‘Isi Piringku’ yang menunjukkan pola makan seimbang dan bergizi,” imbuh Dhian.

Dari aspek perencanaan pembangunan, Noor Avianto sebagai perwakilan Bappenas, menjabarkan, pandemi (Covid-19) ini membawa banyak dampak negatif bagi bangsa.

“Namun untuk sektor pertanian kita memiliki beberapa pembelajaran misalnya pada tingkat produksi tanaman, bagaimana kita dapat menggunakan teknologi dalam meningkatkan produksi tanaman dan mengurangi aktivitas petani yang turun ke lapangan serta mengurangi potensi terpaparnya petani secara langsung terhadap virus Covid-19 khususnya di saat-saat pembatasan gerak yang diberlakukan oleh pemerintah.

"Sedangkan untuk pemasaran makanan atau tanaman, kita dapat mengambil pelajaran dari pemasaran online untuk penjualan tanaman yang dapat ditingkatkan secara eksponensial di masa mendatang,” tegas Noor.

Berkenaan dengan masalah pengukuran dampak, Craig Hanson dari WRI menyampaikan bahwa sekarang adalah waktunya untuk menanggapi serius tentang mengurangi susut dan limbah pangan.

“Ini (mengurangi susut dan limbah pangan) dapat dijadikan respons terhadap pandemi Covid-19, terhadap perubahan iklim, dan pada dasarnya, ini sangat baik untuk lingkungan, bisnis, dan negara kita jika mengadopsi pendekatan target-mengukur-tindakan (target-measure-act approach). Saya memahami bahwa ada sejumlah perusahaan di Indonesia yang menyadari masalah tersebut dan ingin mengadopsi pendekatan tersebut tetapi salah satu hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengerjakan pengukuran baik di tingkat perusahaan dalam mengukur susut dan limbah pangan tetapi pada intinya kita perlu melakukan pengukuran di skala nasional,” ujar Craig menambahkan.

Pada sesi penutup webinar, Felia Salim menjelaskan, pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah jenis transformasi sistem keuangan apa yang diinginkan.

“Disinilah kita harus berbicara dengan pihak berwenang seperti OJK, kalangan perbankan terutama mengutamakan bank-bank BUMN karena mereka memang punya agenda pembangunan," ucap Felia.

Ia melihat bahwa ada beberapa bank yang sudah terlibat dengan otoritas keuangan tetapi juga secara global. Beragam inisiatif keuangan yang bermunculan seperti GAIN sedang menyiapkan fasilitas pembiayaan makanan bergizi yang juga merupakan pendekatan inovatif dengan aspek pembangunan, dengan transformasi perubahan sistem.

"Jika kita memiliki contoh yang baik, kita dapat membawa seluruh komunitas investasi berdampak ini ke dalam ruang ini, kita dapat membawa seluruh bank komersial ke dalam ruang ini karena bank-bank besar memiliki agenda keberlanjutannya sendiri karena kita perlu memasukkan agenda keberlanjutan ke dalam cara kita menilai sistem keuangan. Pemerintah melalui berbagai program telah menetapkan pondasi untuk pembangunan. Sekarang kembali bagaimana kita dapat menghubungkan keuangan untuk berkontribusi pada transformasi sistem sehingga ada peluang bagi kita untuk melanjutkan kemajuan,” tutup Felia Salim.

KEYWORD :

GAIN Pemerintah Pandemi Covid-19 Makanan Bergizi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :