Sabtu, 20/04/2024 14:14 WIB

Kini Periksa Kesehatan Gigi Bisa Jarak Jauh

Telemedicine hadir dalam bentuk aplikasi platform digital, yang kini sudah banyak hadir di Indonesia, dan bisa kamu aplikasikan melalui ponsel pintar. 

Ilustrasi perawatan gigi

Jakarta, Jurnas.com - Dunia kedokteran kian canggih. Selain peralatan intervensi untuk kesehatan, proses menjangkau informasi, fasilitas layanan dan segala kebutuhan pasien pra tindakan kini semakin disederhanakan, dipermudah.

Tentu kita pernah mendengar telemedicine yang merupakan praktik kesehatan yang menggunakan kehadiran teknologi pada pemakaian komunikasi audio, visual dan data. Itu juga termasuk dengan perawatan, diagnosa, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah tanpa kehadiran fisik, alias jarak jauh.

Telemedicine hadir dalam bentuk aplikasi platform digital, yang kini sudah banyak hadir di Indonesia, dan bisa kamu aplikasikan melalui ponsel pintar.

“Teknologi dapat membantu kita di era pandemi, seperti kunjungan pasien dan menghubungkan dokter dan pasien. Serta, sangat membantu untuk melakukan screening atau terhubung dengan beberapa hal yang kita butuhkan; ke pasien dan teman atau rujukan yang lebih tinggi,” kata Drg. Iwan Dewanto, MMR, PhD, Wakil Sekjen Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), saat webinar PDGI pada Kamis, (02/07).

Didalam telemedicine yang lebih general, dikenal pula teledentistry yang spesifik untuk urusan kesehatan gigi dan mulut. Saat ini, teledentistry sudah dikenal luas di beberapa negara seperti Australia, Brazil, Amerika Serikat dan India yang sudah lebih dulu memakainya.

Kehadiran perangkat teledentistry ini sebenarnya sudah disebutkan dalam buku panduan PBPDGI, yang dijabarkan bahwa untuk mengelola pasien yang datang ke klinik, proses screening atau pengelolaannya sudah bisa dilakukan melalui perangkat teledentisty ini sebelum pasien datang ke klinik. Meski secara regulasi, teledentisty belum diatur secara formal.

“Teledentistry ini ngehits karena Covid. Tapi yang nomor satu adalah peraturan. Peraturan yang baru keluar dari Kementerian Kesehatan itu baru telemedicine. Belum menyatakan soal teledentistry. Maka, teledentistry ini perlu di-endorse lagi, karena ini berbeda,” kata kata drg. Iwan Dewanto.

Apalagi, telemedicine dan teledentisty cukup berbeda pemahamannya. Ada yang dipakai langsung oleh pasien yang terhubung langsung dengan dokter, ada pula yang dipakai rumah sakit dan institusi, misalnya klinik, yang memungkinkan pertukaran data jarak jauh. Klinik itu bisa mengobati pasien atas saran dari dokter spesialis di rumah sakit.

“Teledentisty ini akan ngehits dan wajib dipaparkan ulang-ulang kepada semua dokter gigi, bagaimana aplikasi yang bisa dipakai apa saja. Maka, PBPDGI ini menyetujui adanya teledentisty ini,” dukung dia.

Kini, aplikasi teledentistry yang pertama untuk Indonesia, hadir. Namanya, GIGI.ID yang merupakan startup digital social enterprise yang berfokus pada kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia. Startup ini sendiri merupakan bagian dari alumni Gerakan 1.000 Startup Digital Kementerian Informasi Republik Indonesia.

“Aplikasi seperti GIGI.ID ini akan bagus sekali, dan akan banyak sekali macamnya. Tapi perlu diketahui, sekarang ini, banyak dokter gigi yang bekerjasama dengan pihak ketiga, yang melakukan teledentisty ini, tidak mengerti tentang aturan-aturan yang berlaku. Ini adalah barang baru yang semuanya harus tahu tentang tata laksana dan tata hukumnya juga,” sambung dia.

Tapi dari sisi konsumen, banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapatkan dari aplikasi ini, seperti mendapatkan informasi gigi sehat sebagai bentuk edukasi untuk masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, dengan memanfaatkan beberapa fasilitanya.

Kamu bisa memakai fitur Klinik Gigimu, yang akan memberikan bantuan untuk mengetahui lokasi fasilitas kesehatan dan klinik gigi terdekat dari lokasi kamu berada.
Terdapat juga Dokter Gigimu, yang menampilkan profil masing-masing dokter gigi, sehingga memudahkan kamu berkonsultasi dengan dokter gigi melalui chat interaktif.

“GIGI.ID punya banyak fitur untuk promosi dan preventif, mengedukasi, punya daftar klinik yang diusahakan se-Indonesia, ada juga daftar profil dokter gigi yang juga ditargetkan se-Indonesia,” ujar Muhamad Soleh selaku Chief Marketing Officer GIGI.ID, yang juga memastikan bahwa webinar PDGI ini dihadiri ratusan peserta secara daring. Di platform Instagram sebanyak 512 orang, Youtube 960 orang dan konferensi Zoom sebanyak 970 orang peserta dari seluruh Indonesia.

Fitur lain yang tak kalah pentingnya adalah Periksa Gigimu. Fitur utama GIGI.ID ini memudahkan kamu untuk memeriksa gigi dan mulut, hanya dengan mengirimkan foto ke dalam aplikasi ini.

“Menariknya, ada studi yang menyebutkan bawah mengambil gambar menggunakan mobile phone secara visual, sama dengan secara langsung,” jelas dr. Anis Fuad, S.Ked., DEA, dalam kesempatan yang sama.

Pada ujung sesi, drg. Iwan Dewanto merekomendasikan agar GIGI.ID juga turut berpartisipasi dalam Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) untuk skop lebih besar, misalnya masuk dalam program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) atau masuk ke Sistem Informasi Puskesmas agar daya cakupnya ke masyarakat jauh lebih masif.

“Bisa juga menjadi database gigi dari hasil scan dan potret gigi semua orang, yang bisa dipakai untuk kebutuhan forensik. Mengidentifikasi korban saat bencana massal, dan kebutuhan lainnya, semuanya punya rekaman gigi, yang menjadi salah satu sumber forensik itu,” tutup dia.

KEYWORD :

Kesehatan Gigi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :