Selasa, 23/04/2024 18:16 WIB

Masyarakat Berisiko Covid-19 Sebaiknya Tunda Mammografi

Masyarakat yang memiliki risiko tinggi terhadap Covid-19, atau berada di lingkungan keluarga pengidap Covid-19, disarankan untuk menunda pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dengan metode mammografi.

Serial Webinar Kanker Payudara di era Pandemi Covid-19: Apakah Deteksi Dini Kanker Payudara Masih Dapat Dilakukan?

Jakarta, YKPI - Masyarakat yang memiliki risiko tinggi terhadap Covid-19, atau berada di lingkungan keluarga pengidap Covid-19, disarankan untuk menunda pemeriksaan deteksi dini kanker payudara dengan metode mammografi.

Hal ini disampaikan oleh spesialis radiologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, Dr. Kardinah, Sp.RAD dalam kegiatan `Serial Webinar Kanker Payudara di era Pandemi Covid-19: Apakah Deteksi Dini Kanker Payudara Masih Dapat Dilakukan?`, yang dipandu oleh penyintas kanker payudara Aya Sophia, pada Jumat (26/6).

"Untuk kegiatan yang sifatnya berkumpul tetap harus mengikuti protokol Covid-19. Dan mobil mammografi YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia) juga akan melakukan pengurangan jumlah peserta mammografi nantinya jika sudah beroperasi kembali," kata dr Kardinah.

Alih-alih melakukan mammografi yang rentan mengakibatkan kontak fisik, masyarakat yang hendak melakukan deteksi dini kanker payudara diimbau menjalankan praktik Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di rumah masing-masing.

Praktik ini, lanjut alumnus Universitas Indonesia tersebut, juga menjadi bentuk perhatian perempuan terhadap kesehatan payudaranya.

"Kita harus buat prioritas. Lakukan sadari kalau kondisi payudara tidak mengkhawatirkan, jadi mammografi bisa kita tunda. Dan kalau risiko tinggi Covid-19 juga bisa kita tunda. Kecuali memang kondisinya sangat mendesak dan ada kecurigaan seperti benjolan keras atau keluar cairan dari dalam payudara," sambung dr. Kardinah.

Kepala Komite Medis RS Kanker Dharmais Jakarta itu menambahkan, kalau dilihat dari skala prioritas maka deteksi dini tidak masuk kedalamnya. Namun untuk kasus tertentu yang memerlukan tindakan medis maka mammografi bisa dilakukan.

Lebih lanjut dr. Kardinah mengatakan mammografi biasanya dianjurkan dilakukan mulai usia 40 tahun, cukup dua tahun sekali. Namun jika selama durasi itu jika teraba ada benjolan maka sebaiknya dilakukan pemeriksan lanjut.

Kanker adalah penyakit yang berasal dari sel tubuh sendiri. Secara pasti apakah ada upaya pencegahan yang berhasil mencegah penyakit kanker, saat ini dikatakan dr Kardinah belum ada.

Tetapi ada beberapa faktor risiko berdasarkan hasil penelitian dapat memicu kanker, seperti mereka yang mendapatkan haid di bawah 12 tahun dan menopause di atas 55 tahun.

"Umur 12–55 tahun dianggap normal untuk faktor hormonal mempengaruhi payudara, indung telur dan endometrium. Tetapi bila lebih lama maka akan memicu sel-sel dalam tubuh kita menjadi berubah sifat ke arah kanker," lanjut dr Kardinah.

Ada lagi yang dikhawatirkan bagi mereka yang melakukan terapi hormonal, tanpa ada indikasi yang jelas yang dapat secara aktif merangsang sel-sel di payudara.

"Sedangkan faktor lainnya tentu saja dari nutrisi karena bisa memicu penyakit tidak menular lainnya. Tidak hanya kanker melainkan penyakit tidak menular lainnya dapat kita cegah pula," kata dr. Kardinah.

KEYWORD :

Kanker Payudara Mammografi Covid-19 YKPI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :