Sabtu, 20/04/2024 07:07 WIB

Penyuluh Nganjuk Edukasi Petani Budidaya Padi Salibu

Keuntungan dari budidaya sistem salibu, di antaranya jangka waktu yang relatif lebih pendek dan kebutuhan air lebih sedikit.

Ilustrasi padi salibu. (Foto: Ist)

Nganjuk, Jurnas.com - Penyuluh Pertanian tak hanya bertugas mengawal dan mendampingi petani dalam melakukan percepatan tanam, namun juga harus mampu mentransfer inovasi teknologi yang perlu digunakan Petani untuk Pertanian yang lebih maju, mandiri dan modern.

Begitulah dicontohkan Hesti Nova Sari, salah satu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) asal Nganjuk, Jawa Timur yang memperkenalkan teknologi budidaya padi sistem salibu.

Padi salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas atau dipangkas. Kemudian tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah dan mengeluarkan akar baru, sehingga suplai hara tidak lagi terulang pada batang lama.

Menurut Hesti, ada beberapa keuntungan dari budidaya sistem salibu, di antaranya jangka waktu yang relatif lebih pendek dan kebutuhan air lebih sedikit.

Selain itu, biaya produksi lebih rendah karena tanpa biaya pengolahan tanah, tanpa biaya penyemaian dan biaya penanaman. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga jauh lebih sedikit.

"Budidaya dengan sistem salibu akan meningkatkan indeks panen karena tidak lagi memerlukan pengolahan tanah dan persemaian tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih singkat," kata Hesti.

Lebih lanjut, Hesti menjelaskan, dalam teknik salibu, petani harus memotong batang sisa panen pertama secara seragam dengan alat pemotong hingga tersisa 3-5 cm dari permukaan tanah. Dengan cara itu, kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan padi bisa seimbang.

Perwakilan dari Kelompok Tani (Poktan) Sumber Hasil, Ikhwanudin mengatakan, wilayahnya sudah mencoba menerapkan teknologi budidaya padi sistem salibu.

Demplot dilakukan untuk mengetahui hasil produksi tanam padi salibu, sehingga petani akan mau dan mampu berbudidaya padi cara tersebut.

Bahkan hasil demplot budidaya padi sistem salibu yang diterapkan Ikhwanudin, mampu menghasilkan 4,9 ton per hektare gabah kering panen. Volume itu 70% dari hasil produksi tanam padi dengan pindah tanam (transplanting).

"Panen dilakukan saat padi berumur 58 hari. Teknik budidaya padi salibu ini sederhana dan tidak rumit ini, juga terbukti lebih efisien dan murah dibandingkan dengan teknik budidaya padi biasa," katanya.

Program Komando Strategis Pembangunan Pertanian di Kecamatan (Kostratani) diharapkan bisa menjadi penggerak pembangunan pertanian di tingkat kecamatan dengan mengoptimalkan peran penyuluh dalam mengimplementasikan teknologi yang akan digunakan petani.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Dayan Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus mendukung penuh aktivitas yang dilakukan penyuluh dan petani.

"Masalah pangan sangat utama, hidup matinya suatu bangsa. Meskipun kini negara kita diserang wabah COVID-19, tetapi petani tetap semangat tanam, semangat olah, tanam dan panen," kata Dedi.

"Melalui Kostratani Penyuluh dan Petani akan diberikan menu lengkap, yaitu salah satunya sebagai pusat pembelajaran untuk itu diharapkan Penyuluh dan Petani manfaatkan peran tersebut dengan optimal," tegasnya.

KEYWORD :

Budidaya Sistem Salibu Penyuluh Pertanian Dedi Nursyamsi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :