Jum'at, 19/04/2024 14:13 WIB

PDI-P: Corona Picu Krisis Sosial Politik di Berbagai Negara

Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDIP, Ananta Wahana

 

Jakarta, Jurnas.com - Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Ananta Wahana mengatakan pandemi Virus Corona (Covid-19) memicu krisis sosial dan politik di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia.

"Kita saat ini sedang berada di dalam krisis sosial politik itu," kata Ananta dalam sebuah diskusi virtual Wedangan IKA UNS IV bertajuk `Mungkinkah krisis COVID-19 berkembang menjadi krisis Sosial dan Politik?`, Rabu (06/05/2020).

Menurut Alumni FH UNS tahun 1985 ini, Krisis sosial ditandai dengan terjadinya perubahan aktifitas manusia. Misalnya, ketika bulan suci Ramadhan, semua orang terpaksa tidak bisa lagi bertakjil, beribadah, dan bersilaturrahim seperti biasanya.

"Kita saat ini jelas-jelas sedang berada di dalam krisis sosial yang bahkan mengglobal," katanya.

"Di mana-mana kita dapat mendengar ucapan rakyat bahwa orang bisa mati karena Covid, atau kalau pun lolos dari wabah orang-orang akan mati karena efek Covid, yaitu kelaparan dan kemiskinan parah," imbuh dia.

Sementara terkait krisis politik atau bahkan tatanan politik dunia, lanjut Ananta, dapat dilihat dari adanya perubahan jadwal pemilu dan perubahan anggaran belanja negara secara besar-besaran.

"Pemilu-pemilu di mana-mana ditunda atau diundur, termasuk Pilkada kita di Indonesia. Seluruh Anggaran Belanja negara berubah dan mawut akibat wabah Covid ini. Pemerintah juga sekonyong - konyong harus sigap dan cepat dalam melakukan tanggap darurat Covid, termasuk untuk distribusi bantuan sosial dan bantuan alat-alat kesehatan," kata Ananta.

Krisis sosial politik juga bisa disebut sebagai peristiwa. Dalam Filsafat politik, peristiwa itu menjadi kategori yang unik. 

"Politik menjadi peristiwa karena apa yang terjadi sekarang tidak dapat diprediksi, tidak terukur secara obyektif, tidak ada presedennya, dan tidak ketahuan bagaimana nanti akhirnya. Peristiwa itu tahu-tahu datang menyergap tanpa peduli kita siap atau tidak," ujar Ananta.

Anggota Komisi VI DPR RI ini mencontohkan sebuah politik dianggap sebagai peristiwa. Pertama yakni ketika kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. 

"Kemerdekaan kita itu menjadi peristiwa unik yang bahkan oleh para tokoh bangsa waktu itu sulit diprediksi dan tidak terukur," katanya.

Peristiwa kemerdekaan Negara Indonesia menjadi bagian dari rangkaian peristiwa yang mengubah tatanan dunia, mulai dari Perang Dunia II, hancurnya Kolonialisme, dan bangkitnya negara-negara bangsa modern. 

"Dalam peristiwa (Kemerdekaan) itu yang luar biasa adalah Soekarno, beserta para punggawa bangsa lain. Soekarno, Hatta, dan para tokoh ketika itu mampu merebut peristiwa itu menjadi berpihak kepadanya. Dalam istilah politiknya, Soekarno dan para pendiri bangsa ini menjadi subyek-subyek politik yang berdiri di atas peristiwa," katanya.

Kedua, lanjut Ananta, yakni ketika wabah Pes mendera dunia di tahun 1300-an. Ketika itu, Wabah tersebut menelan korban sekitar 250 juta jiwa penduduk dunia saat itu. 

"Penduduk Eropa saja habis sampai setengahnya lebih. Gara-gara wabah pes itu politik dan ekonomi bukan hanya goncang, tapi berubah," katanya.

Sejak wabah pes itu, kata Ananta, tatanan politik teo-kratis runtuh, dan muncul tatanan demokratis. Perdagangan juga tak lagi dikuasai langsung oleh negara-negara kerajaan, tetapi beralih menjadi kongsi-kongsi dagang, termasuk VOC yang datang ke Nusantara di tahun 1600-an.

"Artinya, wabah Pes di tahun 1300-an itu merupakan peristiwa yang mengubah tatanan sosial politik dunia sampai ke akar-akarnya," katanya.

Untuk itu, dia berpandangan bahwa wabah Covid-19 ini sudah menceburkan umat manusia ke dalam krisis sosial politik. 

"Krisis ini bagi saya merupakan peristiwa yang menyergap tanpa dapat diprediksi sebelumnya. Peristiwa Covid ini juga tidak dapat diukur secara obyektif bagaimana akhirnya," katanya.

Meski demikian, lanjut Ananta, salah satu kelebihan peristiwa adalah kelanjutannya sangat tergantung pada keputusan-keputusan yang diambil oleh subyek-subyek politik. 

"Seperti Soekarno dan kawan-kawan misalnya, dengan cepat mampu mengambil keputusan politik yang paling jitu ketika itu, peristiwa yang mereka sadar tidak mungkin terulang lagi dua kali, yaitu Proklamasi Kemerdekaan Indonesia," ucap dia.

KEYWORD :

Peristiwa Ananta Krisis Covid-19




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :