Kamis, 25/04/2024 06:18 WIB

Cegah Perluasan ASF, Kementan Perketat Lalu Lintas Babi

Kementan menaruh perhatian khusus pengendalian dan penanggulangan ASF, mengingat berdampak besar bagi masyarakat peternak kecil yang penghidupannya tergantung dari beternak babi.

Kementerian Pertanian (Kementan) perketat lalu lintas babi (Foto: Kementan)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) meminta daerah sentra produksi babi agar memperketat dan memperkuat pengawasan lalu lintas babi antar wilayah gana menghindari masuk dan menyebarnya Demam Babi Afrika (ASF).

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita mengatakan, Kementan menaruh perhatian khusus pengendalian dan penanggulangan ASF, mengingat berdampak besar bagi masyarakat peternak kecil yang penghidupannya tergantung dari beternak babi.

"Kami sangat serius menangani ini. Namun, masyarakat juga harus mendukung pemerintah, misalnya melaporkan bila ada babi sakit. Jangan menjual apalagi membuang bangkai babi ke lingkungan," tegas Ketut.

Ketut menegaskan pentingnya kewaspadaan bagi daerah sentra produksi babi, mengingat ASF belum ada vaksin dan obatnya. Jadi satu-satunya cara, pengawasan lalu lintas yang ketat dan disiplin dalam menegakkan aturan biosekuriti, sehingga kasus tidak masuk dan menyebar.

"Peran petugas dinas dan karantina sangat penting dalam mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan tindakan teknis guna mencegah masuk atau menyebarnya ASF ke daerah bebas," ucapnya.

Menurut Ketut, semua pihak harus saling membantu, mengingat penyebaran penyakit ini hanya bisa dikendalikan melalui biosekuriti yang ketat. Otoritas veteriner di masing-masing wilayah diminta memberi perhatian khusus.

"Tidak mudah memang mengendalikan lalu lintas manusia, hewan dan barang dari daerah tertular ke bebas. Kami himbau masyarakat bersama pemerintah pusat dan daerah mencegah ASF menyebar," ujar Ketut.

Sebagai informasi, hingga 24 Februari 2020, jumlah daerah tertular di Sumut mencapai 21 kabupaten/kota, dengan angka kematian sebanyak 47.330 ekor. Begitu juga di Bali,  kasus kematian akibat suspek ASF di Bali mencapai 1735 ekor yang tersebar di tujuh kabupaten/kota.

"Bersama kementerian dan lembaga lintas sektor, Kementan menyiapkan rencana aksi pencegahan, penanggulangan wabah ASF dan pemulihan ekonomi peternak. Program ini didukung APBN, APBD, Swasta dan Sumber pendanaan lain sesuai peraturan perundangan," jelasnya.

KEYWORD :

I Ketut Diarmita Demam Babi Afrika Sentra Produksi Babi Peternak Babi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :