Selasa, 23/04/2024 16:02 WIB

Jutaan Demonstran Desak AS Angkat Kaki Keluar dari Irak

Para pengunjuk rasa terlihat membawa spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengusiran pasukan AS.

Jutaan demonstran yang mengibarkan bendera kebangsaan Irak menuntut pengusiran pasukan asing di Irak (Foto: via aftruth)

Baghdad, Jurnas.com - Rakyat Irak melakukan aksi unjuk rasa di Baghdad dalam jumlah besar untuk menyerukan diakhirinya kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di negara itu menyusul pembunuhan tingkat tinggi dan serangan udara yang menargetkan pasukan anti teror.

Direktur Pusat Studi Irak, Sayed Sadiq al-Hashemi mengatakan, lebih dari 2,5 juta ambil bagian dalam demonstrasi yang berlangsung pada Jumat (24/1). Demonstran dari pria, wanita dan anak-anak dari segala usia berkumpul di lingkungan Jadriyah dekat Universitas Baghdad.

Para pengunjuk rasa terlihat membawa spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengusiran pasukan AS. "Keluar, keluar, huni!" teriak demonstran. Sementara demonstran lainnya, meneriakkan, "Ya untuk kedaulatan!"

Jaringan berita al-Ahd Irak melaporkan, warga Irak dari semua provinsi di negara itu berkumpul di kota tersebut.

Pada 5 Januari, parlemen Irak dengan suara sangat mendukung resolusi yang menyerukan pengusiran semua pasukan asing setelah militer AS yang diperintah langsung Presiden Donald Trump untuk  membunuh Jenderal Qassem Soleimani Iran dan rekankannya, Abu Mahdi al-Muhandis.

Demonstrasi besar-besaran terjadi setelah ulama berpengaruh di negara itu, Muqtada al-Sadr menyerukan Irak untuk menggelar satu juta demonstrasi kuat, damai, bersatu untuk mengutuk kehadiran AS dan pelanggarannya.

Sadr mengeluarkan pernyataan pada Jumat (24/1) yang menyerukan pangkalan-pangkalan AS ditutup dan wilayah udara Irak ditutup untuk pesawat-pesawat tempur dan pesawat-pesawat pengintai Gedung Putih.

Ia memperingatkan bahwa kehadiran AS di negara itu akan ditangani sebagai pasukan pendudukan jika Washington tidak setuju dengan tuntutan rakyat Irak untuk keluar dari negara itu.

Pada Kamis (23/1), menjelang demonstrasi yang direncanakan, Sadr meminta rakyat Irak untuk memobilisasi dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara.

"Oh, wanita, pria dan pemuda negara, sekarang saatnya kita membela negara, kedaulatan dan ketergantungannya," tulis Sadr di akun Twitternya.

"Sebarkan berita tentang masa depan Irak yang merdeka yang akan diperintah oleh orang-orang benar; Irak yang tidak akan tahu korupsi atau agresi," tambahnya, menyerukan rakyat Irak untuk mengusir "tiran".

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Tasnim Iran, Firas al-Yasser, seorang anggota biro politik Harakat Hezbollah al-Nujaba Irak, mengatakan demonstrasi pada Jumat menandai babak baru dalam hubungan negara Arab dengan AS.

Ia mengatakan kelompok perlawanan Irak mendukung sikap kepemimpinan ulama negara itu, yang tidak mentolerir teori ketergantungan dan penghinaan Washington di Irak. "Kami percaya kami telah mencapai nol jam dalam berhadapan dengan AS," katanya.

Yasser menambahkan bahwa serangan rudal Iran di pangkalan Ain al-Assad di provinsi Irak barat Anbar awal bulan ini adalah "awal" pengusiran pasukan AS dari negara itu.

Qais al-Khazali, pemimpin Asa`ib Ahl al-Haq, yang merupakan bagian dari PMU, menggambarkan aksi unjuk rasa pada Jumat sebagai revolusi kedua satu abad setelah Revolusi Irak Besar tahun 1920 melawan pasukan Inggris.

KEYWORD :

Qassem Soleimani Amerika Serikat Aksi Unjuk Rasa Irak Donald Trump




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :