Sabtu, 20/04/2024 22:50 WIB

Australia Angkat Isu Penahanan Akademisi di Iran

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan bahwa dia kembali mengangkat kasus penahanan akademisi berdarah Australia-Inggris, yang dipenjara di Iran.

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne (Foto: VL Trends)

Canberra, Jurnas.com - Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan bahwa dia kembali mengangkat kasus penahanan akademisi berdarah Australia-Inggris, yang dipenjara di Iran.

Dikutip dari Associated Press pada Jumat (17/1), pernyataan ini muncul setelah adanya sebuah laporan bahwa perempuan itu mendesak pemerintah Australia untuk membantu membebaskannya.

Payne menolak untuk merinci pembicaraannya dengan Mohammad Javad Zarif tentang akademisi atas nama Kylie Moore-Gilbert tersebut di sela-sela konferensi kepemimpinan global di India.

"Ini bukan penahanan yang kami dukung. Kami tidak menerima tuduhan," kata Payne kepada Australian Broadcasting Corp di New Delhi.

"Saya kira tidak pantas membicarakan rincian pembicaraan itu, tetapi untuk meyakinkan orang Australia dan keluarga Dr. Moore-Gilbert, saya telah mengangkat masalah itu lagi," tegas dia.

Moore-Gilbert, seorang dosen Universitas Melbourne tentang studi Timur Tengah, ditahan di Penjara Evin, Teheran sejak September 2018. Dia ditangkap di bandara Teheran ketika mencoba meninggalkan negara itu, usai menghadiri konferensi akademik.

Dia dihukum karena tuduhan memata-matai, dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Upaya banding yang dilakukan baru-baru ini ditolak pengadilan.

Menurut laporan The Guardian, pada Juni lalu Moore-Gilbert menulis surat kepada Perdana Menteri Scott Morrison. "Saya mohon Anda untuk bertindak lebih cepat untuk mengakhiri trauma mengerikan ini, yang saya dan keluarga saya harus jalani hari demi hari," tulis dia.

Dia menulis lagi pada Desember, "Enam bulan telah berlalu. Selama waktu ini saya tetap di penjara yang sama tanpa ada perbaikan dalam kondisi saya yang tidak tertahankan," ungkap Moore-Gilbert.

"Selama sembilan bulan terakhir saya telah sepenuhnya dilarang dari kontak dengan keluarga saya, dengan pengecualian panggilan telepon tiga menit (dengan ayah saya), yang hanya diberikan setelah saya mengambil tindakan nekat yang membahayakan hidup saya sendiri," tulis dia lagi.

"Saya telah melakukan lima kali mogok makan sebagai satu-satunya cara saya untuk mengangkat suara, tetapi tidak berhasil. Seperti yang diperkirakan, saya sekarang telah menerima hukuman 10 tahun penjara, dan permohonan saya telah gagal."

"Saya mohon kepada Anda, Perdana Menteri Morrison, untuk mengambil tindakan segera, karena kesehatan fisik dan mental saya terus memburuk dengan setiap hari tambahan bahwa saya tetap dipenjara dalam kondisi ini," tutup dia.

Surat-surat itu diselundupkan keluar dari penjara, dan diterbitkan oleh Pusat Hak Asasi Manusia di Iran.

Sementara Payne menyebut penahanan Moore-Gilbert merupakan salah satu pertimbangan Australia untuk mengikuti Amerika Serikat (AS), dalam menjatuhkan sanksi terhadap Iran.

"Pemerintah telah bekerja sangat keras dalam kaitannya dengan penahanan berkelanjutan terhadap Kylie Moore-Gilbert. Dan itu selalu menjadi fokus bagi kami dalam hal hal-hal konsuler penting seperti ini, tetapi kami membuat setiap keputusan yang kami buat untuk kepentingan nasional Australia," tandas Payne.

KEYWORD :

Moore-Gilbert Marise Payne Australia Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :