Rabu, 24/04/2024 04:20 WIB

Yaman: Kematian Jenderal Soleimani Jadi Energi Baru Lawan Agresi AS

Tujuan utama Washington dalam melakukan kejahatan membunuh Jenderal Soleimani dan Muhandis adalah untuk mengkonsolidasikan hegemoni atas Irak dengan meneror rakyat Irak.

Para pelayat membawa poster Mayor Jenderal Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan pemimpin Mobilisasi Populer Irak (PMU), Abu Mahdi al-Muhandis yang tewas dibunuh AS di Baghdad, Irak, 4 Januari 2020. (Foto: Reuters)

Beirut, Jurnas.com - Anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman, Mohammed al-Bukhaiti mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump tidak menyadari, darah Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Pemimpin Mobilisasi Populer Irak (PMU), Abu Mahdi al-Muhandis justru semakin memperkuat poros perlawanan.

"Front perlawanan akan bersatu dari Iran ke Palestina atas membunuh Jenderal Soleimani, Muhandis dan kawan-kawan mereka. Keputusan Trump yang kejam dan sembrono hanya meningkatkan ketabahan dan tekad poros perlawanan melawan semua bentuk agresi AS dan Pendudukan Zionis," tegasnya.

"Setiap pukulan yang diterima poros perlawanan sebenarnya membuatnya lebih kuat dan tidak melemahkannya sama sekali. Ketika rezim Zionis menyerang Lebanon (pada musim panas 2006), itu mengubah negara Arab yang lemah menjadi menjadi sangar," sambungnya.

Bukhaiti mengungkapkan, tujuan utama Washington dalam melakukan kejahatan membunuh Jenderal Soleimani dan Muhandis adalah untuk mengkonsolidasikan hegemoni atas Irak dengan meneror rakyat Irak.

"Dengan demikian, respons yang sepadan dengan tingkat kejahatan ini akan menggagalkan tujuan AS dan membuat Washington menyesali tindakannya. Jawaban seperti itu membutuhkan aksi politik, rakyat dan militer yang sadar dan harmonis," ujar Bukhaiti.

Bukhaiti melanjutkan, AS tidak menuai manfaat dengan membunuh Sekretaris Jenderal gerakan perlawanan Hizbullah Libanon, Sayyed Abbas al Moussawi, Sekretaris Jenderal gerakan Jihad Islam Palestina Fathi Shaqaqi, pendiri dan pemimpin spiritual Hamas Palestina gerakan Sheikh Ahmed Yassin, dan pemimpin politik Yaman Hussein Badreddin al-Houthi.

"Kita harus bekerja untuk mencapai tujuan kita menggagalkan skenario AS di kawasan (Timur Tengah). Retribusi yang adil harus dikenakan pada semua penyerang sebagai hasilnya," tegas Bukhaiti.

Sebelumnya, Senin (6/1), Menteri Informasi Yaman, Dhaifallah al-Shami mengecam pembunuhan Jenderal Soleimani, memuji komandan top Iran sebagai tokoh kunci dalam perang melawan terorisme global.

Shami mengatakan Jenderal Soleimani dan komandan Mobilisasi Populer (PMU) Irak kedua, Abu Mahdi al-Muhandis, yang terbunuh bersama jenderal lainnya dalam serangan udara AS di Irak, mewakili seluruh dunia Muslim dan semua Muslim merasa kehilangan.

"Jenderal oleimani memainkan peran besar dalam perang melawan terorisme global. Darah yang ditumpahkan di Yaman adalah bagian dari darah yang ditumpahkan di Palestina, Irak, Suriah dan Iran," ujarnya.

"Orang Yaman menganggap kejahatan AS yang membunuh Jenderal Soleimani dan Muhandis adalah kejahatan terhadap diri mereka sendiri. Darah mereka bersama darah Saleh Ali al-Samad (kepala Dewan Politik Tertinggi Yaman) akan menghasilkan ribuan komandan," kata Shami.

KEYWORD :

Agresi Amerika Serikat Donald Trump Mohammed al-Bukhaiti Qassem Soleimani




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :