Jum'at, 26/04/2024 19:44 WIB

Waspada Sanksi Unilateral, Negara Muslim akan Terapkan Barter

Malaysia sudah mendesak negara Muslim penggunaan dinar emas untuk perdagangan di antara negara-negara Muslim.

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad menyampaikan pidatonya dalam acara KTT Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis 19 Desember 2019. (Foto: Reuters)

Kuala Lumpur, Jurnas.com - Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengatakan, Iran, Malaysia, Turki, dan Qatar mempertimbangkan menggunakan dinar emas dan perdagangan barter untuk menghindar dari sanksi ekonomi di masa depan.

Pada akhir KTT Kuala Lumpur 2019 di ibukota Malaysia, Sabtu (21/12), Mahathir memuji Iran dan Qatar karena mandiri dan mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri meskipun ada sanksi ekonomi dan embargo.

Ia juga mengatakan, sanksi dan embargo tidak hanya mempengaruhi Iran dan Qatar. Karena itu, penting bagi dunia Muslim untuk mandiri dalam menghadapi ancaman di masa yang akan datang.

"Setelah dunia menyaksikan negara lain membuat keputusan sepihak, Malaysia dan negara-negara lain harus selalu mengingat bahwa tindakan itu bisa saja berlaku kepada kita," kata Mahathir.

"Saya sudah menyarankan agar kembali gagasan perdagangan menggunakan dinar emas dan perdagangan barter di antara kita. Kami serius melihat ke dalam ini dan kami berharap bahwa kami akan dapat menemukan mekanisme untuk menerapkannya," tambahnya.

Mahathir mengaku sudah mengusulkan alternatif iperdagangan tersebut untuk mengganti dolar Amerika Serikat (AS) sejak lama. Namun, upaya itu terhambat oleh negara adidaya.

Sebelumnya, Presiden Iran, Hassan Rouhani sudah mengusulkan penggunaan cryptocurrency di antara negara-negara Muslim sebagai alternatif terhadap dolar AS.

Usulan untuk mata uang alternatif bukanlah yang pertama, pada tahun 2002, Malaysia sudah mendesak negara Muslim penggunaan dinar emas untuk perdagangan di antara negara Muslim.

Arab Saudi salah satu negara Muslim yang mengkritik KTT Kuala Lumpur tersebut. Menurutnya, pertemuan tersebut merusak Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang mewakili 57 negara dan organisasi mayoritas Muslim.

Pemerintah Malaysia mengatakan, semua anggota OKI sudah diundang ke KTT Kuala Lumpur,m tetapi hanya sekitar 20 yang negara yang menghadiri undangan tersebut.

Sekitar 450 delegasi yang terdiri dari para pemimpin, intelektual, politisi dan organisasi non-pemerintah dari 56 negara menghadiri KTT yang berlangsung selama empat hari tersebut.

KTT tersebut membahas masalah utama yang dihadapi Negara Muslim, termasuk  keamanan pangan, identitas nasional / budaya, dan Islamofobia, teknologi, perdagangan, tata kelola internet, dan keamanan.

"Idenya adalah untuk bersatu - menilai kekuatan dan kelemahan kita serta aset kita. Kemudian, kita akan menggunakan kekuatan satu sama lain untuk mengatasi kelemahan yang kita miliki," kata Mahathir dalam pidatonya pada KTT puncak tersebut.

"Sederhananya, jika salah satu dari kami memiliki keahlian di bidang tertentu, kami menawarkannya kepada negara lain atau semua negara peserta lainnya dan membangun kolaborasi yang realistis," katanya.

Pada akhir KTT Kuala Lumpur tanpa pernyataan bersama itu, Mahathir menegaskan bahwa KTT kali ini difokuskan untuk menemukan solusi dan program untuk membantu umat Muslim.

"Itulah yang kami harapkan untuk dilakukan. Kami ingin menyelamatkan diri kami dan umat Islam dan kami akan bertahan dalam upaya ini. Kami berharap dari titik ini dan seterusnya, saudara-saudara Muslim kami yang lain akan melihat sendiri bahwa apa yang ingin kami lakukan adalah menyatukan ummah pada teknologi strategis dan maju,"katanya.

KEYWORD :

Umat Muslim KTT Kuala Lumpur




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :