Jum'at, 26/04/2024 00:04 WIB

Rektor UMJ Syaiful Bakhri: 31 Buku dalam 16 Tahun

Bukunya bertajuk Keadilan dalam Capaian Kesejahteraaan Sosial setebal 317 halaman yang resmi terbit pada Juli 2019, menjadi karyanya ke-31 sejak pertama kali menulis buku pada 2003 silam.

Bedah buku karya Rektor UMJ Syaiful Bakhri (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Sebuah capaian akademik membanggakan ditorehkan oleh rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof. Dr. Syaiful Bakhri, SH., MH.

Bukunya bertajuk Keadilan dalam Capaian Kesejahteraaan Sosial setebal 317 halaman yang resmi terbit pada Juli 2019, menjadi karyanya ke-31 sejak pertama kali menulis buku pada 2003 silam.

"Saya sejatinya sebagai dosen, lalu saya juga punya law firm dan saya kuliah semua dengan biaya sendiri. Itulah yang mendorong saya untuk fokus ke dunia akademik," ujar Syaiful dalam kegiatan bedah buku `Keadilan dalam Capaian Kesejahteraan Sosial` pada Jumat (22/11) pagi di Rektorat UMJ Jakarta.

"Sejak itulah, buku saya pertama tahun 2003, lalu muncul lagi di 2009, sampai 2019 ini sudah 31 (buku)," imbuh dia.

Syaiful menuturkan, sebagai dosen awalnya dia hanya menulis buku untuk kepentingan bahan ajar perkuliahan. Namun seiring waktu berjalan, dia juga menulis tentang filsafat dan berbagai perspektif akademik lainnya.

"Saya menulis yang terakhir ini, saya minta kawan guru besar untuk memberikan perspektif lain dari apa yang saya tulis, dan saya menghadapi sebuah kepuasan luar biasa dari segi akademik," tutur dia.

Setidaknya, lanjut Syaiful, terdapat nama sejumlah guru besar mulai dari Din Syamsudin, Ahmad Yani, Agus Suradika, hingga Adi Fahrudin ikut berkontribusi dalam buku yang ditulis selama tiga bulan tersebut.

"Prof. Din menguatkan pikiran dari topik-topik buku saya. Berikutnya berdasarkan keahlian, Prof. Yani dari segi tata negara dan politik. Agus Suradika di bidang akademik. Dan Prof. Adi Fahrudin di bidang kesejahteraan sosial," terang Syaiful.

Syaiful mengatakan, tujuannya menulis buku ialah untuk merangsang para dosen di perguruan tingginya agar ikut terjun dalam dunia penulisan.

Sebab, menurut dia, ada banyak dosen berjenjang S2 dan S3 di UMJ sejatinya memiliki tesis maupun disertasi yang layak dipublikasikan.

"Tapi (mereka) masih takut untuk menerbitkan," kata dia singkat.

Syaiful menambahkan, jika para dosen mulai melakukan kegiatan gemar menulis, bukan tidak mungkin setiap tahunnya ada ratusan buku yang diterbitkan setiap tahun dari UMJ.

"Ini baru soal jumlah. Kalau soal kualitas kita akan tambah terus menerus," ujar dia.

Sementara mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin menyampaikan apresiasi kepada Rektor UMJ yang disebutnya sebagai penulis prolific.

Dia mengungkapkan bahwa buku itu amat penting karena mengangkat unsur kunci dalam kehidupan bernegara di Indonesia, yaitu keadilan dan kesejahteraan.

Namun kedua unsur kunci ini, kata Din, belum kunjung diwujudkan, sementara terdapat tantangan dan ancaman, mulai dari demoralisasi, political decay (pembusukan politik), dan permisivisme di depan mata.

"Dan yang lebih besar adalah bahaya radikalisme agama yang bersifat politik, seperti ingin menggantikan negara pancasila dengan tatanan syariah agama atau khilafah yang mudah ditolak," kata Din.

"Muhammadiyah sudah menyatakan NKRI dan Pancasila final. Sama halnya dengan NU (Nahdlatul Ulama). Tapi bahaya terbesar itu paham sekulerisme dan liberalisme, yang mulai merasuk ke sendi-sendi bangsa, yang mengganggu sila-sila dasar bernegara Pancasila," tambah dia.

Hal senada disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan dan Ilmu Politik UMJ, Adi Fahrudin. Dia menyebut buku Keadilan dalam Capaian Kesejahteraaan Sosial mengungkap nilai keadilan, yang harus diperhatikan dalam setiap pencapaian kesejahteraan sosial.

Sebab keadilan memiliki dimensi objektif dan subjektif, karenanya keadilan tidak akan dipersepsikan sama antara satu orang dengan yang lainnya.

"Kesejahteraan objektif bisa diukur dengan pencapaian pendapatan dan penghasilan, serta kepemilikan aset. Tapi keadilan subjektif tidak ditentukan semata-mata oleh kesejahteraan objektif, sebab adakalanya orang yang memiliki aset dan penghasilan, tidak merasakan sejahtera dan bahagia," terang Adi.

(difa)

KEYWORD :

Rektor UMJ Syaiful Bakhri Universitas Muhammadiyah Jakarta Buku




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :