Jum'at, 19/04/2024 18:03 WIB

Pembicaraan AS-Arab Saudi soal Nuklir Hasil

Arab Saudi tidak ingin menandatangani kesepakatan yang akan mengesampingkan kemungkinan memperkaya uranium.

Sekretaris Energi Amerika Serikat (AS), Rick Perry (Foto: Presstv)

Washington, Jurnas.com - Sekretaris Energi Amerika Serikat (AS), Rick Perry mengatakan, pembicaraan dengan Arab Saudi mengenai program nuklir akan berlangsung, meskipun ada kekhawatiran Riyadh berambisi memperoleh senjata nuklir.

"Kerajaan dan kepemimpinan di kerajaan akan menemukan cara menandatangani perjanjian 1,2,3 dengan AS, saya pikir begitu," kata Perry di sebuah meja bundar di Abu Dhabi, ibu kota Emirat Arab, Sabtu (26/10).

Dikatakan Arab Saudi tidak ingin menandatangani kesepakatan yang akan mengesampingkan kemungkinan memperkaya uranium atau memproses ulang bahan bakar bekas.

Pejabat Saudi mengatakan tidak akan menyetujui kesepakatan yang membatasi negaranya memperkaya uranium atau memproses ulang bahan bakar bekas, yang dapat menyebabkan bom nuklir.

Perusahaan-perusahaan dari AS, China, Rusia, Korea Selatan dan Perancis berspekulasi untuk terlibat dalam pembicaraan awal tentang proyek yang diperkirakan bernilai miliaran dolar.

Arab Saudi mengklaim ingin memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai tetapi pengayaan uranium adalah langkah sensitif dalam siklus bahan bakar nuklir karena dapat membuka kemungkinan penggunaan bahan militer.

Kekhawatiran terhadap ambisi nuklir Saudi sudah meningkat baik karena catatan gelap rezim yang melanggar hak asasi manusia, terutama untuk penahanan aktivis hak-hak perempuan dan pembunuhan kejam terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Turki, serta perang brutalnya di Yaman.

Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman meletakkan dasar reaktor riset nuklir pertama kerajaan itu November lalu di tengah perundingan nuklir dengan Amerika Serikat.

Mohammad bin Salman, yang menikmati dukungan kuat dari Presiden AS Donald Trump, telah menyatakan bahwa Arab Saudi akan segera memperoleh senjata nuklir jika Iran melakukannya.

Riyadh adalah kritikus terhadap perjanjian nuklir penting 2015 antara Iran dan negara-negara dunia yang membatasi program energi nuklir Teheran dengan imbalan penghapusan sanksi terkait nuklir terhadap Republik Islam.

Iran telah memperingatkan, pihaknya sudah memperhatikan beberapa tetangganya yang mendukung gerakan teroris yang bekerja pada proyek nuklir.

KEYWORD :

Arab Saudi Program Nuklir Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :