Jum'at, 19/04/2024 10:49 WIB

Kementan Deteksi Dini Virus Flu Babi Afrika

Kementan mewaspadai secara dini terkait virus Flu Babi Afrika( African Swine Fever/ASF)

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita saat menjadi keynote speech Seminar International African Swine Fever (ASF) di Bogor (19/10).

Bogor, Jurnas.com - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita mengatakan, Kementan mewaspadai secara dini terkait virus Flu Babi Afrika( African Swine Fever/ASF).

"Tindakan ini harus segera diwujudkan dalam bentuk tindakan teknis yang meliputi seteksi cepat, pelaporan cepat dan pengamanan cepat," ujar Ketut saat menjadi keynote speech Seminar International African Swine Fever (ASF) di Bogor (19/10).

Ketut menambahkan, Kementan terus berupaya meningkatkan kewaspadaan dini dalam penanganan dan pencegahan penyebaran wabah penyakit ini.

Dalam mengamati perkembangan penyakit yang sangat cepat dan telah mendekati perbatasan wilayah Negara Republik Indonesia, potensi ancaman masuknya penyakit ini ke Indonesia sangatlah besar.

Terkait dengan kondisi tersebut, tindakan kewaspadaan dini terhadap penyakit ini harus segera diwujudkan dalam bentuk tindakan teknis.

Ketut menambahkan, ASF sangat menular pada ternak babi dan babi hutan, dan menyebabkan kematian yang tinggi, dampaknya kerugian ekonomi yang tinggi. Indonesia termasuk wilayah terancam, mengingat populasi babi yang sangat tinggi di beberapa wilayah antara lain Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, NTT, Bali, Papua, dan Papua Barat.

Pemerintah telah menyiapkan pedoman kesiapsiagaan darurat veteriner ASF (Kiatvetindo ASF) dengan empat tahapan penanggulangan yaitu Tahap Investigasi, Tahap Siaga, Tahap Operasional dan Tahap pemulihan.

Hal lain adalah sosialisasi terkait ASF di wilayah-wilayah risiko tinggi, membuat bahan komunikasi, informasi dan edukasi untuk di pasang di bandara, pemantauan dan respon terhadap kasus kematian babi yang dilaporkan melalui iSikhnas, membuat penilaian risiko masuknya ASF ke Indonesia sehingga membantu meningkatkan kewaspadaan.

Sementara itu, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Agus Sunanto menegaskan Badan Karantina Pertanian (Barantan) sendiri telah lakukan upaya antisipatif, diantaranya memperketat serta meningkatkan kewaspadaan pengawasan karantina di berbagai tempat pemasukan negara.

Beberapa kali Barantan berhasil menggagalkan masuknya komoditas yang berpotensi membawa virus, seperti daging babi, dendeng, sosis, usus dan olahan babi lainnya.

Sebagai contoh, Karantina Pertanian Soekarno Hatta sepanjang 2019 hingga September, petugas karantina menahan komoditas petensial sebanyak 225,28 kg, yang berasal dari barang bawaan penumpang.

Selain melakukan pengawasan, Agus menjelaskan pihaknya merangkul semua instansi, baik di bandara, pelabuhan dan pos lintas batas negara, seperti Bea dan Cukai, Imigrasi, unsur airlines, agen travel serta dinas peternakan di daerah.

Menurut Agus, Kementan telah mengitung potensi kerugian kematian akibat ASF. Apabila dihitung 30 persen saja populasi terdampak, maka kerugian peternakan babi dapat mencapai Rp7,6 triliunan.

Selain itu, Indonesia akan kehilangan pasar ekspor dan potensinya, baik untuk babi maupun produknya. Saat ini Indonesia memiliki banyak peternakan babi, dan merupakan salah satu pemasok utama bagi pasar Singapura.

KEYWORD :

Kinerja Menteri Pertanian Flu Babi Afrika Sektor Peternakan I Ketut Diarmita




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :